Mataram (Suara NTB) – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sumbawa Barat, mencatat berdasarkan hasil Elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (EPPGM) 2024 angka kasus stunting di daerah setempat masih 808 balita.
“Di 2024 stunting di Sumbawa Barat berada di angka 7,37 persen atau menurun dari data Survei Kesehatan Indonesia 2023 berada pada angka 10,5 persen,’’ sebut Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Sumbawa Barat, Hj. Etna Irawati di Sumbawa Barat, Kamis, 7 November 2024.
Ia mengatakan saat ini tingginya anemia di Kabupaten Sumbawa Barat adalah penyebab terjadinya stunting, oleh karena itu pemerintah menggencarkan kampanye stop stunting dan lomba balita sehat menjadi penting dalam percepatan penurunan stunting.
“Saat ini stunting di Sumbawa Barat paling rendah di Provinsi NTB dari 10 kabupaten/kota, dimana stunting yang disebabkan oleh anemia ada sebanyak 54,64 persen,” katanya.
Ia mengatakan untuk mempercepat penurunan stunting tersebut ada program 4 aksi bergizi sekolah yang dilakukan di dalamnya terdapat aktivitas fisik, sarapan pagi, minum pil tambah dara dan literasi kesehatan. “Ini dilakukan sebagai media pembelajaran bagi anak-anak usia sekolah,” katanya.
Pjs Bupati Sumbawa Barat, Julmansyah, S.Hut.MAP memberikan apresiasi terhadap kinerja penurunan stunting yang selama ini dilaksanakan oleh pemerintah daerah dan menunjukkan kemampuan yang cukup progresif.
“Sudah banyak prestasi yang didapat seperti misalnya tuntas sanitasi total berbasis masyarakat (STBM) hingga mendapatkan rekor MURI,” katanya.
Kemudian penurunan angka stunting yang cukup progresif, sehingga prestasi ini harus dijaga, terutama tumbuh kembang anak anak yang akan menyambut generasi emas 2045. “Jangan sampai ada generasi kecemasan nantinya akibat tidak mengurus stunting dari sekarang,” katanya.
Ia mengatakan di 2030 akan terjadi penutupan tambang, semua harus menjadikan anugerah tambang ini menjadi kecerdasan bagi anak – anak di Sumbawa Barat.
Oleh karena itu, semua lapisan masyarakat harus bersinergi, karena penyebab stunting ini tidak disebabkan oleh satu masalah dan tidak satu dua sektor saja, tetapi harus ada kolaborasi antar berbagai sektor.
“Peluang untuk mengadopsi program-program penurunan stunting yang menyasar perubahan di tingkat komunitas yang telah teruji sangat memungkinkan dilakukan,” katanya.
Salah satunya adalah adopsi program DASHAT (Dapur Sehat Atasi Stunting), yang dipelopori oleh perempuan tangguh dan terintegrasi dengan ekonomi, ketahanan pangan dan usaha mandiri perempuan serta membantu program pemerintah melindungi perempuan dan anak.
“Program yang baik harus tetap ditingkatkan untuk mewujudkan Indonesia emas 2045,” katanya. (ant)