spot_img
Sabtu, Februari 8, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEDikhawatirkan Timbulkan Kontraksi Harga

Dikhawatirkan Timbulkan Kontraksi Harga

PENGHENTIAN sementara penyaluran beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) dikhawatirkan sebabkan kontraksi harga di kalangan masyarakat.

Kepala Dinas Ketahanan Pangan Nusa Tenggara Barat, Abdul Aziz, SH., MH., mengatakan kontraksi harga ini tidak bisa dihindari. Pasalnya, adanya penghentian sementara penyaluran beras SPHP oleh pusat bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan petani.

“Pasti, tapi mungkin tidak sampai bergejolak. Kalau bahasa ekonominya terjadi kontraksi harga. Ada perubahan sedikit. Yaa pasti,” ujarnya saat ditemui Suara NTB, Jumat, 7 Februari 2025.

Meski terjadi perubahan harga, dipastikan harga beras di kalangan masyarakat tidak akan melambung. Walaupun sebentar lagi akan memasuki bulan Ramadhan, yang mana kebutuhan akan bahan pokok meningkat, Abdul Aziz memastikan masyarakat tidak perlu khawatir karena masih ada ketersediaan cadangan beras pemerintah.

“Tidak mungkin harga melambung itu. Saya pikir tidak akan mungkin. Karena ketersediaan ada, beras itu ada, gabah itu ada, bahan bakunya ada,” sambungnya.

Pemerintah Provinsi NTB juga akan tetap melakukan Gerakan Pangan Murah (GPM) untuk menciptakan stabilisasi harga bahan pokok. Oleh karena itu, Abdul Aziz memastikan pengehentian penyaluran sementara beras SPHP ini tidak akan membuat gejolak harga di masyarakat.

Dikatakan, tujuan utama Badan Pangan Nasional (Bapanas) menunda penyaluran beras SPHP semata-mata untuk mensejahterakan petani. Yang mana untuk mencapai swasembada pangan, kemakmuran petani harus diutamakan.

“Untuk mengejar swasembada pangan maka petani harus bergairah untuk menanam. Supaya bergairah untuk menanam maka dia harus menikmati harga yang bagus,” katanya.

Mantan Pjs Bupati Loteng ini menjelaskan, harga Gabah Kering Panen (GKP) yang telah ditetapkan adalah Rp6.500. Disebutkan, meski pemerintah telah menetapkan harga tersebut, namun di tingkat petani harga masih berkisar di angka Rp5.600 – Rp5.700.

“Niat pemerintah supaya petani bisa menikmati harga yang baik terhadap harga gabah,” ucapnya.

Dikatakan, kendati Bulog menyerap hasil panen petani dengan harga Rp6.500. Petani lebih memilih menjual hasil panennya kepada pengusaha atau mitra yang menjual di harga Rp5.600 – Rp5.700.

“Pengusaha yang membeli gabah itu dia sudah menanggung harga panen, ongkos angkut. Oleh karena itu petani mau saja dengan harga segitu. Bulog beli Rp6.500 itu di atas truk. Petani lebih suka walaupun Rp5,7 ribu tapi dia bersih,” jelasnya. (era)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO