Mataram (Suara NTB) – Pemprov NTB menemukan sebanyak 72 ribu vaksin penyakit mulut dan kuku (PMK) yang sudah expired atau kadaluarsa. Penemuan ini langsung ditanggapi oleh Pemprov NTB dengan memusnahkan sebanyak 4388 vaksin, sementara sisanya yang sudah disalurkan ke kabupaten/kota, Pemprov sudah bersurat ke Pemda untuk segera melakukan pemusnahan.
“Dari 4388 ini sudah dimusnahkan, ada juga yang sudah di kabupaten. 72 ribu dosis se NTB yang sudah expired, yang empat ribu itu sudah dimusnahkan pagi ini,” ujar Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan NTB, Muhammad Riadi, Selasa, 11 Maret 2025.
Riadi menyebutkan, sebanyak 72 ribu dosis vaksin yang disalurkan oleh Pemerintah Pusat akan mengalami kadaluarsa. Sesampainya di NTB, vaksin tersebut sudah melewati masa boleh konsumsi. Adapun Pemprov NTB tidak bisa langsung melakukan vaksinasi sebab kondisi di lapangan tidak memungkinkan, yang mana ditemukan banyak kendala, khususnya di Pulau Sumbawa.
“Itu penyaluran tahun 2024, jadi waktu datang ke sini mau expired. Nah, sementara kan waktu kita melakukan vaksinasi di lapangan itu banyak kendalanya, terutama di pulau Sumbawa.
Kita mengumpulkan ternaknya aja butuh waktu. Itu yang menyebabkan expired, kalau di Pulau Lombok lancar-lancar saja. Kita tinggal suntik, selesai,” jelasnya.
Untuk pengganti 72 ribu dosis tersebut, Riadi mengaku masih belum mengkomunukasikan dengan pusat. Pihaknya akan menyelesaikan permasalahan 72 dosis yang sudah di drop ke kabupaten/kota terlebih dahulu. “Belum, kan itu yang belum kita selesaikan,” ucapnya.
Sementara itu, vaksinasi PMK di NTB rutin dilakukan kendati daerah ini sempat terbebas dari PMK. Di awal tahun lalu, kasus PMK tiba-tiba meningkat, ditemukan 245 kasus sejak Januari 2025. Daerah dengan kasus PMK tertinggi ada di Kabupaten Lombok Barat, dengan 119 kasus, Lombok Tengah 36, Lombok Timur 50, Lombok Utara 51, Mataram 1 kasus, KSB 14 kasus, dan Dompu empat kasus.
Total ternak yang sudah mendapatkan vaksinasi PMK priode Januari-Maret 2025 sebanyak 119.365 dosis, masih belum mencapai target sebab daerah menargetkan sanyak 140.875 di triwulan pertama tahun 2025.
“Untuk kasus baru tidak ada, di tahun ini, total kasus ditemukan 245. Yang sudah sembuh 238, yang dipotong paksa satu, yang di Kota Mataram,” pungkasnya. (era)