spot_img
Sabtu, Maret 15, 2025
spot_img
BerandaNTBKOTA MATARAMHarga Bapok di Mataram Masih Mahal

Harga Bapok di Mataram Masih Mahal

Mataram (Suara NTB) – Harga barang pokok di Mataram masih mahal. Kerja sama antar daerah diminta dioptimalkan untuk memasok kebutuhan masyarakat.

Wakil Wali Kota Mataram, TGH. Mujiburrahman membenarkan, harga barang pokok masih mahal. Berbagai terobosan dilakukan untuk menekan gejolak harga seperti operasi pasar rakyat serta safari Ramadan dikombinasikan dengan pasar rakyat. Tujuannya adalah menstabilkan harga dan memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan harga yang pantas. “Sekarang ini terobosan yang dipakai memanfaatkan safari ramadan,” terangnya dikonfirmasi kemarin.

Mahalnya harga barang kebutuhan pokok diakui Wawali, akan berdampak terhadap inflasi. Tim Pengendali Inflasi Daerah Kota Mataram diminta berkomunikasi secara intensif dengan mengoptimalkan kerja sama antar daerah.

Wawali menegaskan, stok barang yang sebelumnya menepis dapat terpenuhi, karena suplai dari daerah yang surplus barang pokoknya. “Kita berharap daerah yang surplus memprioritaskan Kota Mataram, sehingga stok tercukupi,” ungkapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Kepala Bidang Barang Pokok dan Penting Dinas Perdagangan Kota Mataram, Sri Wahyunida mengatakan, harga kebutuhan pokok masih mahal di bulan ramadan. Akan tetapi, harga sebagian barang pokok mulai turun. Diantaranya, harga cabai rawit sebelumnya Rp210 ribu perkilogram, turun menjadi Rp160 ribu-Rp170 ribu perkilogram. Selanjutnya, telur ayam ras dari harga Rp58 ribu perterai menjadi Rp50 ribu-Rp52 ribu perterai. “Sekarang harga cabai mulai turun,” sebutnya.

Dinas Perdagangan bekerja sama dengan organisasi perangkat daerah (OPD) teknis serta Bank Indonesia Kantor Perwakilan Nusa Tenggara Barat, menggelar pasar rakyat untuk menstabilkan harga. Distributor yang dilibatkan menjual barang dengan harga terjangkau. “Kita adakan Kopling bekerja sama dengan BI dan pasar rakyat,” sebutnya.

Sumiantu, pedagang cabai di Pasar Kebon Roek menuturkan, harga cabai rawit lokal masih Rp170 ribu per kilogram. Ia pun mensiasati dengan membeli cabai juwita (cabai yang ditanam di pot,red). Selanjutnya, cabai itu dijual Rp100 ribu perkilogram. “Modalnya sekitar Rp70 ribu perkilogram,” sebutnya.

Ia mengaku terpaksa membeli cabai juwita. Meskipun dari sisi rasa dan kepedasan jauh berbeda dibandingkan cabai lokal. Namun demikian, ia harus memenuhi kebutuhan pembeli. “Saya terpaksa beli. Pembeli pun banyak yang beli juga walaupun kurang pedas,” demikian kata dia. (cem)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO