Antara Keberuntungan dan Tradisi yang Masih Eksis hingga Sekarang
Tradisi Bau Nyale di Pantai Seger, Kecamatan Pujut, Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) berlangsung sejak Rabu 28 Februari 2024, Kamis 29 Februari 2024 hingga Jumat 1 Maret 2024. Bagi masyarakat suku Sasak, khususnya bagian Loteng bagian selatan, Bau Nyale menjadi tradisi yang dilakukan setiap tanggal 20 bulan 10 dalam kalender penanggalan Sasak.
MASYARAKAT Loteng bagian selatan yakin jika Nyale merupakan jelmaan dari Putri Mandalika. Putri Mandalika yang memiliki paras cantik ini menjadi primadona pangeran dari beberapa kerajaan saat itu. Sang putri bingung, karena jika memilih satu di antara pangeran ini akan terjadi peperangan. Akhirnya Sang Putri memilih menceburkan diri ke laut.
Beberapa saat setelah Putri Mandalika menceburkan diri, muncullah binatang kecil berbentuk cacing laut dan yang jumlahnya sangat banyak. Mereka menduga binatang itu adalah jelmaan dari Sang Putri dan beramai-ramai mengambil binatang itu sebanyak-banyaknya untuk dinikmati sebagai rasa cinta kasih.
Sejak saat itu hingga saat ini, masyarakat di Loteng bagian selatan, khususnya Pulau Lombok setiap tanggal 20 bulan 10 kalender penanggalan Sasak beramai-ramai mendatangi Pantai Selatan di Loteng dan menangkap Nyale sebanyak-banyaknya.
Bagi masyarakat selain mengikuti tradisi, menangkap Nyale juga memberikan kesejahteraan bagi mereka. Harga nyale atau cacing laut di tengah masyarakat atau di pasar cukup mahal. Bagi yang beruntung saat menangkap nyale, mereka bisa menjualnya pada pedagang atau masyarakat yang tidak ikut turun menangkap nyale yang biasa muncul pada dini hari.
Pantauan Suara NTB, Jumat 1 Maret 2024pagi saat naik dari Pantai Seger, beberapa ibu-ibu di pinggir jalan Kuta menjual nyale yang sudah diolah. Sebagian besar nyale yang sudah diolah ini berupa pepes nyale dengan ukuran yang berbeda. Ada ukuran seharga Rp50.000, Rp40.000 dan Rp25.000. Pepes nyale yang dijual ini merupakan hasil tangkapan warga saat Kamis 29 Februari 2024 pagi.
Begitu juga di Pasar Sengkol deretan penjual pepes Nyale dan nyale yang baru ditangkap sudah bisa dibeli. Sejumlah warga sedang menawar agar harga bisa lebih murah. Namun, karena tidak banyak yang menjual pada Jumat pagi kemarin, harga pepes nyale dan nyale hidup cukup mahal.
Lale Zaenab, salah satu pedagang pepes Nyale menuturkan, jika dirinya membeli nyale dengan harga yang cukup mahal dari warga yang turun menangkap sejak Jumat dini hari. Hal ini pula yang menjadi dasar bagi dirinya dan pedagang lain dalam menjual pepes Nyale dan Nyale hidup di pasaran.
‘’Misalnya, untuk yang hidup seukuran mangkuk bakso, kami beli Nyale dengan harga Rp50.000. Terkadang kami rugi juga, karena kami beli seukuran itu, tapi saat kami bakar (jadikan pepes) ukurannya kecil,’’ tuturnya pada Suara NTB, Jumat 1 Maret 2024 pagi.
Untuk itu, ketika menjual pepes Nyale harus disesuaikan dengan ukurannya, sehingga pembeli bisa memilih sesuai dengan kemampuannya. Meski menawarkan satu produk pepes nyale dengan cukup mahal, harga masih bisa ditawar.
Pepes nyale yang dijual sekarang ini, merupakan hasil tangkapan Kamis pagi. Sementara yang masih hidup ditangkap pada Jumat pagi. Pihaknya bersama sejumlah warga memanfaatkan momen tahunan ini, karena cukup banyak yang berminat membeli pepes Nyale atau cacing Nyale yang masih hidup. Apalagi bagi masyarakat sekitar mengonsumsi Nyale memiliki sejumlah manfaat bagi kesehatan dan memberikan kemakmuran bagi masyarakat di sekitarnya.
Hal senada disampaikan Inaq Ririn. Menurutnya, tidak ada masyarakat di Loteng bagian selatan yang tidak suka Nyale. Bagaimana tidak, ungkapnya, sejak bayi mereka sudah diperkenalkan dengan Nyale, sehingga ketika dewasa, mereka tidak jijik untuk mengonsumsi, baik saat hidup atau sudah diolah.
‘’Sejak bayi mereka dioleskan ke mulut mereka dan ketika sudah dewasa menjadi terbiasa dengan Nyale,’’ ujarnya.
Sedangkan sejumlah warga menuturkan, jika hasil tangkapan nyale pada Jumat pagi tidak sebanyak pada Kamis pagi. Namun, bagi beberapa warga yang beruntung, ada yang sudah balik 3 kali untuk menangkap nyale.
‘’Saya sudah bolak-balik tiga kali menangkap nyale. Tadi lumayan banyak saya dapat,’’ ujar salah satu warga seraya menunjukkan bagian tengah ember sedang yang dibawa.
Meski demikian, ujarnya, dirinya bisa menangkap Nyale lebih banyak pada Kamis pagi, karena saat itu Nyale lebih banyak keluar. Selain itu, jumlah warga yang datang menangkap tidak sebanyak yang hadir pada Jumat pagi kemarin. (ham)