Giri Menang (Suara NTB) – Ketersediaan beras di daerah Lombok Barat (Lobar) dijamin aman pada saat bulan Ramadhan hingga akhir tahun. Menyusul kesediaan stok beras mencapai 21.000 ton. Selain itu, ada program bantuan pangan (bapang) untuk warga untuk memenuhi kebutuhan selama puasa ini.
Hal ini disampaikan Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Lobar, Damayanti Widyaningrum. Ia mengatakan, menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri biasanya meningkatkan permintaan beras. “Stok beras di Lobar saat ini mencapai lebih dari 21.000 ton, yang terdiri dari beras Bulog, LPM, dan lain-lain,” jelasnya, kemarin.
Jumlah tersebut cukup untuk memenuhi kebutuhan beras selama tiga bulan ke depan, dengan asumsi konsumsi beras per bulan sekitar 7.026 ton. “Selain itu, kita juga akan panen pada bulan Maret sekitar 5.000 hektar, yang diperkirakan menghasilkan 24.000 ton beras. Jadi, stok beras kita bisa bertambah tiga bulan lagi, menjadi enam bulan. Belum lagi pada bulan April, kita akan panen lagi. Jadi, perkiraan stok beras kita di Kabupaten Lombok Barat sampai akhir tahun aman,” ujar Damayanti.
Pihaknya mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir dan tidak perlu memborong beras atau melakukan panic buying. Ia menjelaskan kenaikan harga beras belakangan ini disebabkan pergeseran pola tanam dan gagal panen akibat El Nino.
“Seharusnya kita sudah panen raya pada bulan Februari, tetapi kita panen raya pada pertengahan Maret sampai April. Jadi, tanam kita bergeser. Nah, di antara pergeseran ini, bulan Januari-Februari ini, beras agak terbatas. Itu yang menyebabkan mahal,” tuturnya.
Damayanti menambahkan pihaknya telah melakukan beberapa upaya untuk mengatasi kenaikan harga beras, seperti memberikan beras SPHP, operasi pasar, dan gerakan pangan murah. Ia mengatakan bantuan pangan nasional sudah disiapkan dari pusat dan tidak mengganggu peredaran beras lokal.
“Kami melakukan operasi pasar di pasar-pasar besar yang ada di Kabupaten Lombok Barat. Setiap mitra akan diberikan 500 kilogram beras per hari, setiap dua hari sekali. Kami juga melakukan gerakan pangan murah di sepuluh lokasi yang ada di kecamatan. Tiap-tiap kecamatan kami bersurat, nanti kecamatan yang menentukan di desa mana,” papar Damayanti.
Ia membantah bantuan pangan nasional merupakan isu politik menjelang pemilu. Ia mengaku tidak tahu apakah ada caleg yang membeli beras untuk kampanye.
Ia menegaskan bahwa intinya kenaikan harga beras diakibatkan oleh pergeseran tanam karena El Nino.“Saya tidak tahu apakah ada caleg yang membeli beras untuk kampanye. Mungkin ada, mungkin tidak. Yang jelas, intinya kenaikan harga beras ini diakibatkan oleh pergeseran tanam yang awalnya kita bulan Februari sudah panen raya, tetapi kita panen raya mundur, Maret sampai April. Itu yang intinya, karena El Nino,” pungkas Damayanti. (her)