Sumbawa Besar (Suara NTB)- Pelaksana tekhnis Badan Wilayah Sungai Nusa Tenggara 1 (BWS NT 1) satker operasi dan pemeliharaan (OP) Sumber Daya Air (SDA) V Sumbawa, Sulhan mengaku debit air di sejumlah bendungan menyusut akibat kemarau panjang. “Iya, memang kalau dari segi persentase debit airnya sudah mulai menyusut karena kan terpakai waktu pola tanam pertama dan musim kering,” kata Sulhan, kepada Suara NTB, Selasa 28 Mei 2024.
Meski menyusut lanjut Sulhan, air yang tersedia saat ini diprediksi masih mampu mengairi hingga pola tanam kedua. Hal tersebut berdasarkan informasi yang diterima dari teman-teman yang berada di bendungan di dasarian kedua musim kemarau. “Infonya dari teman-teman bendungan airnya masih cukup lah untuk pola tanam tahap kedua,” ucapnya.
Debit air yang tersedia tersebut bisa terjadi lanjutnya jika pola tanamnya selang-seling tidak hanya padi saja. Karena jika hanya padi, maka air yang tersedia tidak akan mencukupi bahkan berpotensi terdampak kekeringan jika dipaksakan. “Jadi, kalau pola tanamnya diselingi padi dan palawija, Insya Allah bisa. Tetapi jika semuanya diisi dengan padi yang nota bene membutuhkan air yang cukup banyak maka tidak akan cukup,” tambahnya.
Dia pun melanjutkan, berdasarkan data yang diterima di bendungan Mamak dan Batu Bulan debit airnya masih bisa dimanfaatkan hingga pola tanam ketiga. Sementara untuk bendungan Gapit dan Tiu Kulit diyakini tidak akan bisa untuk mengcover pola tanam kedua.
“Kalau untuk bendungan Gapit dan Tiu Kulit debit airnya kurang untuk tahun ini karena pola hujannya juga kurang tahun ini,” ucapnya.
Disinggung terkait tinggi dan persentase air yang tersedia di bendungan saat ini, dirinya mengaku untuk angka pihaknya belum mendapatkan informasi lebih lanjut. Sementara untuk data yang lebih akuratnya berada di unit pengelola bendungan (UPB). “Kalau untuk persentase debit air yang tersedia bisa langsung ke UPB, karena mereka yang punya datanya. Namun yang jelas debit airnya dipastikan sudah menyusut,” tukasnya. (ils)