spot_img
Senin, September 9, 2024
spot_img
BerandaNTBBerpengaruh pada Lonjakan Inflasi, BPS Minta Pemprov Waspadai Kenaikan Harga Beras

Berpengaruh pada Lonjakan Inflasi, BPS Minta Pemprov Waspadai Kenaikan Harga Beras

Mataram (Suara NTB) – Beras menjadi penyumbang bobot paling tinggi inflasi bagi satu daerah dibandingkan dengan komoditas lainnya. Alasannya, jika harga beras naik, maka komoditi lainnya juga ikut naik. Inilah yang mesti menjadi fokus perhatian pemerintah daerah, sehingga bisa menekan laju inflasi di satu daerah. Demikian penekanan dari Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi NTB Drs. Wahyudin, pada Pemprov NTB dalam menjaga inflasi di daerahnya, kemarin. Dari data BPS di lapangan, harga beras sudah merangkak naik. Sehingga perlu diwaspadai oleh pemerintah daerah. Termasuk bagaimana melakukan antisipasi, sehingga harga beras tetap terjaga di pasaran.

Adapun upaya yang harus dilakukan oleh pemerintah daerah agar bisa meredam kenaikan harga beras, solusinya adalah dengan memperbanyak operasi pasar. Operasi pasar ini penting dilakukan agar beras yang selama ini menjadi penyumbang bobot paling tinggi inflasi harganya tetap terkendali dan mampu dijangkau masyarakat. Meski di NTB sebagai salah satu daerah penyangga pangan nasional, ungkapnya, saat ini NTB sudah kedatangan beras impor dari Vietnam sebanyak 10.500 ton. Selain itu ada 2.000 beras dari luar daerah yang masuk ke NTB melalui Bulog, seperti dari Pulau Jawa, dan Bali. Menurutnya, kebijakan impor ini untuk memenuhi stok pangan nasional yang ada di NTB. Bahkan jika bicara stok beras di NTB, masih belum cukup, karena yang ada sekitar 50 ribu ton.

Sementara di sisi lain, panen raya pertama di NTB sudah selesai dan saat ini sudah masuk musim tanam kedua. Keadaan ini, tentu membuat harga beras di NTB menjadi naik, meski hanya sedikit yaitu 0,5 persen. Meski harga beras naik 0,5 persen, ujarnya, pemerintah daerah tidak boleh menganggapnya sepele atau main-main. ‘’Untuk beras medium dijual di kisaran Rp10.000 sampai Rp12.300 per kilogram dan beras premium Rp14.000 per kilogram. Artinya ketika harga beras naik berpengaruh terhadap daya beli masyarakat. Makanya, untuk menekan harga ini salah satunya harus dengan operasi pasar,” ujarnya mengingatkan.

Sebelumnya, Penjabat (Pj) Sekda NTB Ibnu Salim, S.H., M.Si., mengingatkan Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) memperhatikan masalah distribusi komoditi pangan yang ada di daerah ini. Begitu juga ketersediaan bahan kebutuhan pokok mesti mendapatkan perhatian, karena berpengaruh pada inflasi di daerah. ’Jadi kebutuhan pokok kita seperti beras, cabai, tomat dan komoditas lainnya harus diperhatikan distribusinya. Termasuk penyediaannya di pasaran. Jangan sampai ada yang terhambat, karena ini berpengaruh terhadap stok kita di pasaran,’’ ujarnya mengingatkan.

Begitu juga Asisten II (Perekonomian dan Pembangunan) Setda NTB Dr. H. Fathul Gani, M.Si., agar inflasi pada bulan Mei lalu, 2,77 persen harus dipertahankan. Komoditas yang menyebabkan peningkatan inflasi harus diperhatikan ketersediaannya di pasaran, sehingga tidak berpengaruh pada harga. Dari hasil pantauan lapangan, diakuinya, di beberapa daerah di NTB sudah ada yang panen dan menunggu waktu panen. Hal ini perlu terus dijaga, sehingga ketersediaan kebutuhan pokok, khususnya beras tidak ada masalah. ‘’Saya ke Lombok Timur beberapa waktu lalu, saya lihat cabai kita banyak ditanam di Sukamulia. Namun, saat kita antisipasi masalah cabai, harga tomat yang justru ada kenaikan. Inilah yang menjadi atensi kita bersama,’’ tambahnya. (ham)



RELATED ARTICLES
- Advertisment -




Most Popular

Recent Comments