Mataram (Suara NTB) – Banjir yang merendam beberapa lingkungan di tiga kecamatan di Kota Mataram menjadi bahan evaluasi. Sistem saluran air perlu dicek untuk memastikan fungsinya. Dengan dinamika perkembangan wilayah perkotaan perlu didukung dengan kesiapan infrastruktur saluran yang memadai.
Asisten Bidang Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Mataram, Miftahurrahman menjelaskan, penyebab genangan atau banjir di Kota Mataram, dipengaruhi faktor eksternal dan internal. Dalam konteks internal sistem sungai dan saluran. Dalam konteks drainase bahwa semua sistem aliran di Kota Mataram, berada pada sistem sungai baik itu akibat aliran permukaan karena hujan atau lain sebagainya. Sementara, secara internal di kota maupun dari luar air yang mengalir dari sungai atau saluran akan masuk ke wilayah kota.
“Beban kota sangat tinggi terkait debit air yang mengalir, karena faktor internal dan eksternal karena Kota Mataram berada di hilir,” jelasnya.
Kejadian banjir pada Rabu, 3 Juli 2024 disebabkan debit banjir Sungai Ancar dan Bernyok cukup tinggi atau mencapai 95 centimeter debit ukur. Padahal, debit air normal sekitar 50 centimeter.
Sementara itu, sistem pembuangan drainase di Mataram mengarah ke sungai, sehingga ada perlambatan dari sistem sungai ke saluran mengakibatkan genangan di pemukiman. Aliran terhalangi debit banjir yang tinggi mengakibatkan break water.
Permasalahan lain sebut Miftah, penyumbatan saluran akibat tumpukan sedimentasi dan sampah. “Aliran air itu terhalangi untuk masuk ke sungai, sehingga mengakibatkan genangan,” terangnya.
Menurutnya, sistem saluran di ibukota Provinsi NTB, perlu dicek kembali untuk menemukan solusi jangka panjang. Padatnya pemukiman mempengaruhi sistem aliran air, karena area tertutupi sedimentasi dan lain sebagainya. Selain itu, dinamika perkotaan semakin berkembang sehingga kesiapan infrastruktur saluran harus memadai. “Contohnya kalau kita mencuci piring kemudian ada sumbatan kecil oleh sisa nasi atau lain sebagainya, maka air akan meluber ke mana-mana,” jelasnya.
Kolam penampungan atau kolam retensi sebenarnya dibutuhkan untuk mengurangi volume air masuk ke kota. Kolam retensi dimiliki di Sombrok, Ampenan, tetapi beban aliran air tinggi mengakibat terjadinya antrian. (cem)