Mataram (Suara NTB)- Potensi gas metana (CH4) di landfill Tempat Pembuangan Akhir Regional (TPAR) Kebon Kongok Lombok Barat sangat perlu dimanfaatkan oleh masyarakat, sebab potensinya sangat besar. Dari perhitungan awal Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) NTB diketahui potensi emisi gas rumah kaca atau metana di landfill TPAR Kebon Kongok sebanyak 103 ribu ton CO2 equivalen.
Kepala Dinas LHK Provinsi NTB, Julmansyah S.Hut,MAP mengatakan, pihaknya sedang berupaya melakukan pemurnian gas metana dengan menggandeng sumber pembiayaan aternatif offset carbon. Gas metana yang terperangkap di landfill setinggi 40 meter dengan usia 30 tahun tersebut memang harus bisa dimanfaatkan kedepannya karena potensinya yang besar.
Saat ini landfill tersebut sudah tak digunakan lagi sebagai tempat menimbun sampah, namun sedang dilakukan upaya penataan menjadi Taman Edukasi dan ruang terbuka publik.
“Jika dilakukan pemanfaatan gas metan dengan skema perdagangan karbon, maka ada potensi pendapatan yang tak kecil di sana. Potensi gas metan sekitar 22 miliar jika dilakukan metan mining ya, tentu dengan proses yang lebih canggih karena ada proses pemurnian gas metan, seperti untuk memasak. Selama ini memang kita gunakan gas metan untuk memasak terbatas di lingkungan TPA,” kata Julmansyah kepada Suara NTB akhir pekan kemarin.
DLHK NTB bersama sejumlah mitra sedang merancang agar bagaimana potensi gas metana ini bisa dieksploitasi. Tentu jika energi ini bisa diambil dengan baik, masyarakat bisa memanfaatkannya untuk kebutuhan memasak dan lain sebagainya.
“Mudah-mudahan kita bisa mendapatkan pendanaan untuk melakukan metan mining di landfill ini” tambahnya.
Ia mengatakan, ada skema kerja sama G to G dengan pemerintah Jepang yaitu melalui program Joint Crediting Mechanism (JCM), yang mana melalui kerjasama ini dimungkinkan untuk mengeksploitasi gas metan di TPA. DLHK sudah melakukan presentasi di masa pra feasibility study terkait dengan potensi gas metana ini.
“Mudah-mudahan kita bisa diterima proposalnya, sehingga potensi gas metana bisa kita ambil melalui proses mining ini,”ujarnya.
erdasarkan data dari lcdi-indonesia.id, sas-gas yang dihasilkan di TPA atau landfill gas terdiri dari sekitar 50 metana metana (komponen utama gas alam), 50 persen karbon dioksida (CO2) dan sejumlah kecil senyawa organik non metana. Metana merupakan gas rumah kaca yang kuat 28 sampai 36 kali lebih efektif daripada CO2 dalam memerangkap panas di atmosfer selama periode 100 tahun.(ris)