Tanjung (Suara NTB) – Keberadaan pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Lombok Utara (KLU) sudah cukup banyak, yakni mencapai 40 lembaga. Konsep belajar mengajar yang dibangun secara Islami ini dinilai akan mendorong terbentuknya karakter generasi yang Islami dan berbudipekerti luhur.
“Sektor pendidikan merupakan salah satu aspek dari pembangunan yang perlu ditingkatkan, termasuk pondok pesantren. Saat ini jumlah pondok di Kabupaten Lombok Utara sebanyak 40 ponpes, dengan harapan bisa menjadi wadah para Tahfiz untuk terus mengasah bakat, sehingga kelak nanti bisa mengharumkan nama baik Lombok Utara,” papar Bupati KLU, H. Djohan Sjamsu, saat menghadiri Haul Ponpes Tabiyatul Islamiyah di Dusun Kopang, Desa Medana Kecamatan Tanjung, Senin, 5 Agustus .
Menurut Djohan, banyak hal yang perlu dibenahi di KLU, dari angka kemiskinan, pengangguran, penyediaan lapangan kerja, hingga kualitas kesehatan. Dengan memperbaiki aspek sumber daya manusia di sektor pendidikan, kualitas generasi KLU di masa depan akan lebih baik.
Djohan mengapresiasi dengan semakin banyaknya Ponpes, pilihan tempat menimba ilmu akan semakin banyak. Ponpes sebagai lembaga pendidikan tertua di Indonesia, memegang peranan penting dalam membangun SDM yang berkarakter. Pondok selain sebagai lembaga pendidikan dan pengajaran agama Islam, juga berperan sebagai lembaga perjuangan dan dakwah Islamiah, serta sebagai lembaga pemberdayaan dan pengabdian masyarakat.
Lebih lanjut, pendidikan bagi anak merupakan tanggung jawab semua, baik keluarga, masyarakat, maupun pemerintah. Mendidik berarti membangun karakter untuk mempersiapkan sumber daya manusia yang unggul lahir dan batin yang mempunyai pengetahuan, keterampilan, dan akhlak mulia.
“Untuk membentuk sumber daya manusia ini tidak mudah tentunya, perlu adanya pendidikan yang bersifat berkelanjutan,” ujar Bupati.
Ia juga memandang, eksistensi lembaga pesantren sekarang terus berkembang sesuai dengan perkembangan dan kebutuhan zaman. Lembaga pendidikan Ponpes juga didorong untuk terus berbenah diri agar terus mendapatkan kepercayaan yang lebih luas di masyarakat, dan agar pesantren tidak stagnan yang hanya diminati oleh sekelompok masyarakat tradisional saja.
“Pemerintah membutuhkan lebih banyak lagi orang yang mau belajar dan mendalami ilmu agama sehingga bisa melahirkan generasi-genarisi yang unggul di masa depan,” tandasnya. (ari)