Mataram (Suara NTB) – SMPN 13 Mataram mengikuti simulasi Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) pada 5-6 Agustus 2024 lalu. Peserta sebanyak 50 siswa yang ditentukan pemerintah pusat. Simulasi ANBK dilakukan sebagai persiapan bagi sekolah dan siswa untuk menghadapi pelaksanaan ANBK yang sesungguhnya.
Simulasi ini penting untuk memastikan bahwa semua pihak yang terlibat, termasuk siswa, guru, dan operator sekolah, familiar dengan perangkat lunak dan prosedur pelaksanaan.
Kepala SMPN 13 Mataram, H. Ahmad Saehu pada Selasa, 13 Agustus 2024 mengatakan, simulasi ini bertujuan mengukur kesiapan infrastruktur dan SDM di sekolah-sekolah. Hal ini juga membantu Kemendikbudristek mengidentifikasi dan memperbaiki potensi masalah sebelum pelaksanaan ANBK yang sesungguhnya.
“Partisipasi dalam simulasi ini sangat dianjurkan untuk memastikan bahwa siswa tidak hanya siap secara teknis. Namun juga memahami bentuk soal yang akan diujikan, yang biasanya berbeda dengan ujian konvensional,” ujar Ahmad Saehu.
Selain itu, dalam waktu dekat ini pada 12 sampai dengan 23 Agustus dilakukan simulasi WS Tofas (Workshop Tofas). Simulasi WS Tofas adalah bagian dari uji coba untuk mempersiapkan pelaksanaan ANBK. WS Tofas biasanya merujuk pada pelatihan atau simulasi yang dilakukan untuk memastikan kesiapan teknis dalam menjalankan ANBK, khususnya bagi sekolah-sekolah dan para operator yang terlibat.
“Salah satu tujuan utama dari simulasi ini adalah untuk mengidentifikasi dan memperbaiki masalah teknis sebelum ANBK dilaksanakan secara resmi. Misalnya, sekolah-sekolah dapat melaporkan jika ada masalah dengan akses ke server pusat atau jika ada perangkat yang tidak kompatibel dengan sistem,” beber Saehu.
Di samping itu, hasil dari simulasi WS Tofas biasanya digunakan oleh sekolah dan Kemendikbudristek untuk menilai kesiapan sekolah dalam melaksanakan ANBK. Jika ditemukan masalah, sekolah-sekolah diberi waktu untuk melakukan perbaikan sebelum pelaksanaan ANBK yang sebenarnya.
“Simulasi WS Tofas penting untuk memastikan bahwa pelaksanaan ANBK berjalan dengan sukses, tanpa hambatan teknis yang dapat mengganggu proses penilaian,” pungkas Saehu. (ron)