Giri Menang (Suara NTB) – Selama perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW, permintaan kebutuhan bahan pokok (bapok) di pasar tradisional di Lombok Barat (Lobar) cukup tinggi. Kendati demikian, Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) mengklaim harga relatif aman tidak ada peningkatan yang signifikan.
“Harga kebutuhan bahan pokok relatif normal,” terang Kepala Disperindag Lobar, H. Maksum yang dikonfirmasi, Selasa, 17 September 2024.
Ketersediaan beberapa komoditi Bapok tetap aman hingga dua bulan ke depan, seperti beras, selama beberapa bulan terakhir tetap stabil. Untuk beras premium di harga Rp 13.500 per kilogram dan beras SPHP Bulog di harga Rp 12.500 per kilogram.
“Pengawasan harga di pasar selalu kita pantau dan kita entry aplikasi SP2KP setiap hari untuk kita laporkan ke Kementerian Perdagangan,” jelasnya.
Ia memastikan penjualan beras di pasaran tidak akan melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang sudah ditetapkan sekitar Rp 12.500 per kilogram. Bahkan beberapa hari lalu dinas turun melakukan sidak pasar memantau HET di para pedagang hingga agen. “Jangan sampai harga di pasar itu terlalu melonjak,” imbuhnya.
Pemantauan ketersediaan beras itu tetap juga dilakukan pihaknya bersama OPD dan instansi terkait. Mulai dari Dinas Pertanian, Dinas Ketahanan Pangan, Dinas Koperasi hingga pihak Bulog dengan mendatangi langsung gudang bulog, gudang distributor hingga gudang retail modern. “Alhamdulillah 2-3 bulan ke depan tetap aman,” klaimnya.
Selain di komoditi beras, peningkatan permintaan di hari raya besar keagamaan juga terjadi di komoditi cabai, bawang hingga daging. Untuk harga cabai merah keriting di harga Rp 23 ribu per kilogram, cabai merah besar Rp 22 ribu per kilogram dan cabai rawit Rp 28 ribu per kilogram. Kemudian untuk komoditi bawang merah di harga Rp 20 ribu per kilogram dan bawang putih Rp 35 ribu per kilogram.
Sedangkan untuk harga daging seperti daging sapi di kisaran harga Rp 60-125 ribu per kilogram, daging ayam kampung Rp 65 ribu per ekornya. Selanjutnya untuk telur ayam berkisar dari 40-60 ribu per trainya. “Jadi untuk telur itu tergantung ukurannya, ada yang ukuran kecil, sedang sampai yang besar,” bebernya.
Menurutnya standar harga bapok itu mengacu kepada indek perkembangan harga (IPH) yang harus berada di bawah harga dari Kota Mataram, sehingga apabila terjadi adanya peningkatan harga pihaknya segera mengelar operasi pasar dengan melibatkan sejumlah mitra Disperindag.
Selama 4 minggu yang lalu bertengger di angka deflasi, karena murahnya harga bapok. Itu karena stok tersedia dan aman. (her)


