spot_img
Rabu, Oktober 9, 2024
spot_img
BerandaPENDIDIKANPenggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Harus Menyesuaikan Situasi dan Kondisi

Penggunaan Bahasa Indonesia yang Baik dan Benar Harus Menyesuaikan Situasi dan Kondisi

Mataram (Suara NTB) –  Kaidah penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar harus juga menyesuaikan situasi dan kondisi. Berbeda halnya ketika penggunaan bahasa formal atau bahasa resmi. Bahasa yang baik adalah bahasa yang harus memperhatikan dari segi bentuk lisan atau tertulis.

Hal itu disampaikan Kepala Kantor Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat, Puji Retno Hardiningtyas saat menjadi fasilitator dalam Pelatihan Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karya Tulis Ilmiah yang diselenggarakan oleh IPDN Kampus NTB, Lombok Tengah, pada pekan kemarin.

“Bahasa yang baik dan benar meliputi kaidah kebahasaan (pilihan kata atau diksi dan pilihan kalimat), baku, sesuai standar, dan memerhatikan situasi atau kondisi,” ujar Puji Retno.

Ia memaparkan materi Penggunaan Bahasa Indonesia dalam Karya Tulis Ilmiah (KTI). Tidak sendiri, Puji Retno bersama dengan pelatih lainnya, Rizki Gayatri, Widyabasa Ahli Pertama, memberi penguatan teori sekaligus praktik penulisan kepada 108 praja. Pelatihan dibagi ke dalam dua kelas dengan masing-masing 58 praja yang hadir mengikuti kelas aktif.

“Saya melihat di IPDN banyak sekali produksi jurnal. Nanti, kita akan melihat bersama bagaimana jenis jurnal IPDN dari berbagai daerah. Semua artikel yang dipublikasikan di laman jurnal IPDN merupakan karya tulis praja dan dosen IPDN. Setelah saya melihat dan mencermati beberapa contoh karya tulis, masih terdapat tulisan-tulisan yang belum menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar,” ujar Puji Retno.

Ia melanjutkan penjelasan materi mengenai definisi dan teori, jenis, dan praktik baik menulis KTI. Karya tulis ilmiah terdiri atas beberapa ciri penting, yaitu cendekia, lugas, jelas, konsisten, ringkas dan padat, formal, objektif, dan bertolak dari gagasan. Setiap penulis biasanya memiliki gaya selingkung atau gaya penulisan yang berbeda-beda dalam memproduksi sebuah tulisan. Karya tulis ilmiah sebaiknya ditampilkan secara lugas agar dapat dipahami mudah oleh pembaca.

“Saya membaca beberapa artikel praja IPDN. Pembahasan yang diangkat, yaitu kondisi isu politik di Indonesia. Pembahasan dalam tulisan sebaiknya dibuat ringkas, mengambil tema isu nasional dengan gagasan utama dan gagasan pendukung yang jelas dan fokus sehingga Adik-Adik dapat membuat karya tulis,” jelasnya menerangkan reviu contoh karya praja di laman jurnal IPDN.

Puji Retno melanjutkan paparan dengan mengulik singkat praktik jurnal Mabasan Kantor Bahasa NTB. Ia juga menelisik dan memaparkan berbagai permasalahan KTI yang sering terjadi, yaitu permasalahan paragraf, permasalahan kalimat, dan permasalahan umum lainnya.

“Kesatuan dan kepaduan dalam kalimat menjadi kunci pembuka karya tulis yang menarik. Adik-Adik harus pintar meramu kalimat-kalimat menjadi sebuah paragraf yang koheren dan kohesi, dalam arti bahwa paragraf tersebut sesuai, serasi, dan merangkaikan makna kalimat yang satu dengan kalimat lainnya. Alangkah baiknya, kita mematuhi kaidah kebahasaan dalam penyusunan paragraf karya tulis ilmiah,” imbuhnya.

Hal yang sama juga disampaikan oleh Rizki Gayatri. Ia memaparkan bagaimana proses produksi karya tulis ilmiah, terutama di laman jurnal. Ia juga membagi tip dan trik agar karya tulis yang telah dibuat bisa lolos seleksi jurnal. Kegiatan dilanjutkan dengan sesi diskusi tanya jawab yang memantik pendalaman pengetahuan para praja. Akhir dari pelatihan ini, yaitu tugas pembuatan karya tulis yang mengambil tema Peringatan A.A. Navis sebagai upaya implementasi hasil pelatihan.

Hal yang mendorong terwujudnya kegiatan ini adalah kebutuhan penggunaan bahasa Indonesia yang sesuai kaidah dalam penulisan karya tulis oleh para praja IPDN Kampus Nusa Tenggara Barat. Pada saat semester akhir, para praja diharuskan membuat karya tulis ilmiah sebagai hasil produk pembelajaran. (ron)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO