Mataram (Suara NTB) – Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Sugian, Kecamatan Sambelia, Lombok Timur, telah mengambil keputusan strategis untuk menghentikan ekspor mete mentah ke Taiwan dan Hongkong. Keputusan ini diambil setelah kelompok menilai bahwa ekspor dalam bentuk gelondongan tidak memberikan nilai tambah yang signifikan bagi anggota KWT.
“Kami melihat bahwa ekspor mete mentah tidak sejalan dengan visi misi KWT Sugian yang bertujuan untuk meningkatkan nilai tambah produk pertanian,” ujar Handedi, Marketing KWT Sugian.
Selama ini, KWT Sugian telah mengekspor mete mentah dengan menggunakan izin ekspor pihak lain. Namun, praktik ini dinilai tidak menguntungkan dalam jangka panjang karena keuntungan yang diperoleh sangat kecil.
“Dengan menghentikan ekspor mentah, kami dapat fokus pada pengolahan mete menjadi produk-produk bernilai tambah,” tambah Handedi.
Keputusan KWT Sugian ini bukan tanpa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah persaingan dengan pengepul dari Jawa yang menawarkan harga tinggi kepada petani. Selain itu, fluktuasi harga mete juga menjadi kendala tersendiri.
KWT Sugian melihat peluang besar dalam pengolahan mete. Dengan mengolah mete menjadi produk-produk seperti kacang mete panggang, minyak mete, atau produk olahan lainnya, KWT Sugian dapat meningkatkan nilai jual produk dan membuka pasar yang lebih luas.
Untuk mendukung upaya pengolahan mete, KWT Sugian membutuhkan berbagai dukungan, seperti akses terhadap teknologi pengolahan, pelatihan bagi anggota, serta bantuan dalam pemasaran produk.
“Kami berharap pemerintah dan pihak terkait dapat memberikan dukungan kepada KWT Sugian agar dapat mengembangkan usaha pengolahan mete ini,” pungkas Handedi.
Kelompok Wanita Tani (KWT) Desa Sugian adalah salah satu mitra binaan Pertamina Patra Niaga yang difasilitasi pada event “Pertamina Energizing You Festival” bersamaan dengan event balap MotoGP 2024 yang berlangsung di Pertamina Grand Prix of Indonesia, 27 – 29 September 2024.
Handedi menceritakan pengalaman KWT Desa Sugian dibina oleh Pertamina Patra Niaga, sejak tahun 2021. KWT ini terbentuk tahun 2017, dulunya, kehidupan para ibu-ibu di Desa Sugian, Lombok Timur, sangat sederhana. Mereka mengandalkan penghasilan dari penjualan mete mentah. Namun, seiring berjalannya waktu, mereka menyadari bahwa potensi mete jauh lebih besar dari sekadar dijual dalam bentuk mentah.
Berkat dukungan Pertamina, para ibu-ibu ini belajar mengolah mete menjadi berbagai produk yang lebih bernilai, seperti kacang mete panggang dan keripik mete. Mereka juga diberikan pelatihan tentang manajemen usaha dan pemasaran.
Kini, KWT Sugian telah menjadi produsen olahan mete yang sukses. Produk mereka tidak hanya diminati di pasar lokal, tetapi juga telah merambah pasar di luar daerah. Keberhasilan KWT Sugian membuktikan bahwa dengan kerja keras, semangat pantang menyerah, dan dukungan komunitas, perempuan di pedesaan pun dapat meraih kesuksesan. (bul)