spot_img
Kamis, Desember 12, 2024
spot_img
BerandaEKONOMIPLN Perkuat Pendekatan Sosial dan Budaya dalam Pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6...

PLN Perkuat Pendekatan Sosial dan Budaya dalam Pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6 (Pocoleok)

Manggarai (Suara NTB)-PT PLN (Persero) terus berkomitmen untuk melaksanakan proyek infrastruktur kelistrikan dengan pendekatan yang berlandaskan keterbukaan informasi dan penghormatan terhadap kearifan lokal. Salah satu proyek strategis yang tengah dikerjakan adalah Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ulumbu Unit 5-6 di Poco Leok, Kabupaten Manggarai.

Dalam pengembangan proyek ini, PLN mengutamakan pendekatan sosial yang mencakup kolaborasi dengan masyarakat, adat setempat, serta dukungan dari berbagai institusi penting seperti Gereja dan forum-forum diskusi masyarakat.

Pendekatan Sosial dan Transparansi Melalui Sosialisasi Penlok

PLN secara konsisten menerapkan komunikasi yang terbuka dengan masyarakat untuk menciptakan pemahaman yang menyeluruh terkait pembangunan PLTP Ulumbu Unit 5-6. Salah satu langkah nyata yang dilakukan adalah *Sosialisasi Penetapan Lokasi (Penlok)* yang diadakan pada 12 Juni 2024, bekerjasama dengan Pemerintah Kabupaten Manggarai.
Acara sosialisasi ini dihadiri oleh tokoh masyarakat, pemilik lahan, serta tokoh adat setempat. Proses ini bukan hanya bertujuan untuk menjelaskan rencana pembangunan infrastruktur, tetapi juga mendengarkan masukan dan tanggapan dari masyarakat yang akan terdampak langsung oleh proyek tersebut.

“Kami berkomitmen untuk selalu mengedepankan pendekatan yang transparan dan partisipatif. Masyarakat tidak hanya diinformasikan, tapi juga dilibatkan secara aktif dalam setiap tahapan,” jelas Bondan Gustaman, yang memimpin sosialisasi ini.

Pendekatan ini menggarisbawahi pentingnya dialog dua arah antara PLN dan masyarakat untuk memastikan bahwa setiap keputusan yang diambil telah melalui pertimbangan matang dan sesuai dengan harapan komunitas setempat.

Penghormatan terhadap Adat dan Nilai Kearifan Lokal

Tidak hanya berfokus pada transparansi, PLN juga menaruh perhatian besar pada penghormatan terhadap adat dan kearifan lokal. Dalam konteks pembangunan di Poco Leok, musyawarah adat atau Lonto Leok menjadi bagian integral dari proses konsultasi dengan masyarakat adat. Lonto Leok merupakan forum tradisional di Manggarai yang digunakan untuk berdiskusi mengenai hal-hal penting yang melibatkan kepentingan bersama, termasuk dalam hal ini, pembangunan proyek PLTP Ulumbu.

Dalam musyawarah adat yang diadakan di Gendang Rebak pada 14 April 2024, PLN berdiskusi secara intensif dengan pemuka adat dan masyarakat setempat terkait dampak sosial, ekonomi, dan lingkungan dari proyek tersebut. Pertemuan ini menghasilkan kesepakatan bahwa masyarakat adat memberikan dukungan penuh terhadap pembangunan PLTP, dengan syarat bahwa PLN harus terus menghormati hak-hak adat dan memberikan dampak positif yang nyata bagi kehidupan masyarakat setempat.

Thadeus Dapang, Tua Gendang Rebak, menyampaikan, mendukung penuh pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6 karena melihat bahwa proyek ini dapat membawa kemajuan bagi daerah.
“Namun, kami juga meminta agar PLN terus menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan tradisi kami.” pintanya.

PLN memahami bahwa proses pembangunan harus dilakukan dengan mempertimbangkan aspek-aspek kebudayaan lokal. Oleh karena itu, setiap tahap pembangunan dipastikan mengikuti mekanisme dan tradisi adat setempat untuk menjaga harmoni antara proyek dan masyarakat adat di sekitar lokasi pembangunan.

Pendekatan dengan Keuskupan dan Gereja untuk Dukungan Sosial

Selain menjalin hubungan dengan masyarakat adat, PLN juga melibatkan Keuskupan Ruteng dalam proses pendekatan sosial. Gereja memegang peranan penting dalam kehidupan sosial masyarakat Manggarai, dan kerjasama dengan Keuskupan Ruteng menjadi kunci penting dalam memperkuat penerimaan masyarakat terhadap proyek PLTP Ulumbu. Pada 5 September 2023, PLN mengadakan pertemuan dengan Uskup Ruteng serta pimpinan gereja di Kantor Keuskupan Ruteng, di mana PLN menjelaskan secara rinci manfaat dari proyek pengembangan ini bagi kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat.

Uskup Ruteng memberikan pandangan positif terhadap proyek ini selama nilai-nilai keadilan sosial dan kesejahteraan masyarakat tetap diutamakan.
“Kami mendukung proyek ini, asalkan PLN terus berkomitmen untuk memperhatikan kesejahteraan masyarakat, terutama kaum yang rentan,”ujar Uskup Ruteng.
Hasil pertemuan ini menegaskan pentingnya sinergi antara PLN dan Gereja dalam memastikan pembangunan yang berkelanjutan dan inklusif.

Selain pertemuan resmi dengan Keuskupan, PLN juga rutin menghadiri komunitas-komunitas gereja di berbagai paroki di sekitar Poco Leok untuk terus memberikan informasi yang jelas mengenai progres pembangunan PLTP serta manfaatnya bagi komunitas. Pendekatan dengan gereja tidak hanya memperkuat legitimasi proyek di mata masyarakat, tetapi juga memastikan bahwa nilai-nilai sosial dan spiritual masyarakat diakui dan dihormati.

Dialog Terbuka dengan Forum Masyarakat

Untuk memperkuat keterbukaan informasi, PLN secara konsisten mengadakan forum-forum diskusi yang melibatkan berbagai elemen masyarakat lokal, termasuk Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda), **Forum Masyarakat Adat, serta Forum Pemuda Manggarai. Pada 10 Juli 2024, PLN mengadakan dialog terbuka di Aula Kantor Bupati Manggarai yang dihadiri oleh para tokoh masyarakat, perwakilan gereja, dan pemuda setempat. Forum ini menjadi wadah penting bagi PLN untuk mendengarkan aspirasi masyarakat dan menjawab pertanyaan seputar pembangunan PLTP Ulumbu.

Sesi diskusi ini memperlihatkan bagaimana keterlibatan masyarakat dalam setiap tahap proyek bukan hanya menjadi simbol transparansi, melainkan komitmen nyata PLN untuk mewujudkan proyek pembangunan yang partisipatif dan inklusif. “Kami ingin masyarakat tidak hanya mengetahui apa yang kami lakukan, tetapi juga merasa bahwa mereka memiliki suara dalam proyek ini,” ujar Nahwan, perwakilan PLN.

Komitmen Keterbukaan dan Transparansi

Sejak awal pengembangan PLTP Ulumbu Unit 5-6, PLN telah melakukan 25 kali sosialisasi Free, Prior, and Informed Consent (FPIC) di 18 gendang berbeda di Manggarai, mulai dari Maret 2023 hingga Februari 2024. Kegiatan ini dilakukan dengan tujuan agar masyarakat dapat memberikan persetujuan secara bebas, tanpa tekanan, dan dengan informasi yang lengkap mengenai dampak positif dan negatif dari proyek tersebut.

Pendekatan ini mencerminkan komitmen PLN untuk selalu mendahulukan kepentingan masyarakat, memastikan bahwa setiap tahap pembangunan dilakukan sesuai dengan standar yang berlaku, baik secara hukum maupun adat. “Kami tidak hanya ingin membangun infrastruktur energi, tetapi juga membangun kepercayaan dengan masyarakat,” tutup Nahwan.

Dengan langkah-langkah ini, PLN berharap proyek PLTP Ulumbu Unit 5-6 dapat berjalan dengan baik dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat Manggarai, baik dari segi ekonomi, sosial, maupun pelestarian lingkungan, sejalan dengan komitmen nasional untuk transisi energi bersih menuju net zero emissions pada tahun 2060.(r)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO