Praya (Suara NTB) – Persentase jumlah penduduk miskin ekstrem di Kabupaten Lombok Tengah (Loteng) saat ini tersisa sekitar 0,72 persen. Hal ini menjadikan Loteng sebagai daerah dengan persentase penduduk miskin ekstrem terendah di NTB. Masifnya program-program pengentasan kemiskinan yang digalakkan selama tiga tahun terakhir di masa kepemimpinan Bupati dan Wabup Loteng H.L. Pathul Bahri, S.IP., M.AP., dan Dr. H. M. Nursiah, jadi pemicu utama menurun signifikannya kemiskinan ekstrem di Loteng.
“Dalam tiga tahun terakhir, angka kemiskinan ekstrem di Loteng turun signifikan. Dari 3,40 persen di awal kepemimpinan Pathul-Nursiah menjadi 0,72 persen untuk saat ini. Dengan pencapaian ini, Loteng kini memiliki angka kemiskinan ekstrem terendah di NTB,” terang Sekretaris Daerah (Sekda) Loteng H. Lalu Firman Wijaya, S.T., M.T., dalam keterangannya, Selasa, 8 Oktober 2024.
Sementara untuk angka kemiskinan juru sekitar 1,37 persen dalam tiga tahun. Di mana angka kemiskinan di Loteng saat ini sudah diangka 11 persen. Itu menandakan kalau program-program pembangunan yang dijalankan Pemkab Loteng cukup berhasil dalam upaya menekan angka kemiskinan di daerah ini.
“Penurunan angka kemiskinan ini menjadi bukti kalau upaya pemerintah daerah untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat mulai membuahkan hasil. Akses masyarakat terhadap pendidikan dan kesehatan semakin luas, serta program perlindungan sosial berjalan lebih efektif,” terangnya.
Selain angka kemiskinan, lanjut Firman sejumlah indikator makro pembangunan di Loteng juga menunjukkan tren perbaikan. Misalnya, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang melonjak dari 66,72 pada 2021 menjadi 70,41 pada 2023. Kenaikan sebesar 3,69 poin tersebut terbilang signifikan jika dibandingkan dengan lima tahun sebelumnya yang hanya meningkat 3,21 poin.
Bahwa dalam tiga tahun terakhir kepemimpinan Pathul-Nursiah, kenaikan IPM bisa melampaui peningkatan IPM di lima tahun sebelumnnya. Hal itu mencerminkan efektivitas kebijakan di bidang pendidikan, kesehatan, serta perekonomian yang diusung pemerintah daerah.
Di sektor ekonomi, Loteng juga menunjukkan proses pemulihan yang solid pasca pandemi Covid-19. Dibuktikan dengan angka pertumbuhan ekonomi yang tinggi di tahun 2023 lalu yang mencapai 5,77 persen. Naik dari 3,55 persen dari tahun sebelumnya dan, menjadi yang tertinggi di NTB, karena ditopang oleh peningkatan sektor pariwisata, pertanian, dan pembangunan infrastruktur yang juga masif.
Begitu juga angka pengangguran terbuka turun dari 3,02 persen pada 2022 menjadi 2,78 di tahun 2023 lalu. Didorong dengan banyak program padat karya, dukungan terhadap UMKM hingga peningkatan kompetensi tenaga kerja. “Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) per kapita Loteng juga membaik. Dari Rp 11,47 juta di tahun 2021 lalu menjadi Rp 12,10 juta tahun 2023. Ini mencerminkan kalau kesejahteraan masyarakat Loteng semakin membaik,” imbuhnya.
Meski menunjukkan perkembangan yang positif, Pemkab Loteng tegas Firman tidak mau berpuas diri. Menurutnya, masih banyak tantangan pembangunan yang harus dijawab. Artinya, perjuangan dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat di daerah ini belum usai.
“Peningkatan ini memang menunjukkan bahwa Loteng sudah pada jalur yang tepat. Namun perjuangan belum selesai sesungguhnya. Kita masih harus terus bekerjasama guna menciptakan masa depan yang lebih baik,” tutup mantan Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Loteng ini. (kir)