Mataram (Suara NTB) –Kantor Bahasa Provinsi NTB menyemarakkan kegiatan sastra di Kota Bima. Kegiatan peningkatan apresiasi sastra yang berbentuk bengkel penulisan puisi yang diadakan sejak tahun 2022 baru kali ini menyasar penutur bahasa Mbojo. Pada 2 tahun sebelumnya, kegiatan serupa menyasar penutur bahasa Sasak dan Samawa.
Kegiatan Peningkatan Sastra: Bengkel Penulisan Puisi Bahasa Mbojo di Kota dan Kabupaten Bima yang diselenggarakan di Aula Kampus 2 STKIP Taman Siswa Bima, Kamis 19 oktober 2024 mengundang N. Marewo, sastrawan asal Bima.
Kegiatan ini melibatkan 60 peserta yang berasal dari 4 sekolah di Kota Bima dan 2 sekolah di Kabupaten Bima, yaitu SMAN 1 Kota Bima, SMAN 4 Kota Bima, SMKN 1 Kota Bima, MAN 2 Kota Bima, SMAN 1 Woha, dan SMAN 1 Palibelo.
Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengenalkan puisi dan apresiasi puisi, khususnya puisi berbahasa Mbojo. Peserta kegiatan ini diwajibkan membuat minimal satu puisi berbahasa Mbojo beserta terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Nantinya, karya peserta yang terdiri atas siswa dan guru akan diantologikan sehingga menambah khazanah karya sastra berbahasa Mbojo.
“Nanti Adik-Adik bersama dengan guru pendamping harus mengumpulkan puisi, ya. Boleh lebih dari satu. Puisinya juga harus diterjemahkan ke bahasa Indonesia agar karya Adik-Adik semua dapat dinikmati oleh masyarakat luas, tidak hanya penutur bahasa Mbojo,” ujar Kepala Kantor Bahasa NTB, Puji Retno saat memberikan sambutan sekaligus memberikan penguatan motivasi kepada para peserta.
Kegiatan dilanjutkan dengan pemberian materi secara intensif dan berlatih menulis puisi secara langsung oleh N. Marewo. “Dalam menulis puisi bahasa Mbojo, kita harus memastikan bahwa kita memiliki perbendaharaan kosakata bahasa Mbojo yang banyak. Selain itu, cara berpikir kita juga harus dengan cara berpikir Mbojo agar puisi yang kita hasilkan terasa natural,” ungkap N. Marewo.
Peserta yang masih belia mengikuti kegiatan ini dengan antusias. Pertanyaan demi pertanyaan terus dilontarkan. Harapannya, antusiasme peserta, terutama siswa, tidak berhenti pada kegiatan ini saja. “Setelah kegiatan ini selesai, antusiasme terhadap puisi dan menghasilkan karya puisi yang berkualitas terus berlanjut agar semakin banyak karya sastra lahir dari rahim Kota Tepian Air, terutama karya berbahasa Mbojo,” harap Puji Retno. (ron)