Mataram (Suara NTB)- Dinas Pertanian dan Perkebunan (Distanbun) Provinsi NTB terus berupaya mempertahankan eksistensi padi gogo di daerah ini. Penanaman padi gogo dikhususkan untuk lahan-lahan kering yang terdapat di beberapa wilayah di NTB, baik di Lombok maupun Pulau Sumbawa.
Sekretaris Distanbun NTB Ni Nyoman Darmilaswati mengatakan, para petani tetap mempertahankan varietas padi gogo agar tidak punah. Terlebih NTB memiliki sejarah yang panjang terkait kesuksesan padi gogo dalam mengentaskan kelapaaran di daerah ini.
“Kita tetap gencar untuk mempertahankan padi gogo ini jangan sampai punah. Dia tetap ada meskipun sekarang petani lebih suka tanaman (padi-red) Inpari 32, selera pasar yang ditanam biar laku teman-teman petani untuk menjual, namun pagi gogo tetap kami pertahankan,” kata Ni Nyoman Darmilaswati kepada Suara NTB, Senin 2 Desember 2024.
Padi gogo sendiri adalah jenis padi yang ditanam di ladang atau kebun, bukan di sawah, dan tidak memerlukan irigasi khusus. Padi gogo merupakan padi kering yang dapat tumbuh di lahan kering atau dataran tinggi.
Dari data Distanbun NTB, hingga awal Desember 2024, realisasi penanaman padi gogo di NTB seluas 1.897 hektare dari target seluas 2.463 hektare. Varietas padi gogo paling banyak terdapat di Lombok Utara seluas 762 hektare, disusul Lombok Tengah 558 hektare dan Lombok Barat 420 hektare.
Provinsi NTB memiliki historis yang gemilang terkait dengan penanaman padi gogo. Produksi padi di NTB melonjak drastis setelah munculnya bencana kelaparan . Hal ini dibuktikan dengan keberhasilan petani NTB menjadi salah satu penyumbang terbanyak swasembada beras pada 1984. Hal ini merupakan keberhasilan dari sektor pertanian yang membanggakan.
Sistem ini menjadi salah satu kebanggaan Gatot Suherman, Gubernur NTB pada saat itu. Lantaran keberhasilan swasembada pangan di NTB, Gatot Suherman ikut mendampingi Presiden RI kedua, Presiden Soeharto, untuk menghadiri undangan Food Agriculture Organization (FAO) di Roma. (ris)