spot_img
Selasa, Desember 3, 2024
spot_img
BerandaNTBSUMBAWA BARATKasus Kekerasan Terhadap Anak di KSB Meningkat

Kasus Kekerasan Terhadap Anak di KSB Meningkat

Taliwang (Suara NTB) – Jumlah kasus kekerasan terhadap anak di Kabupaten Sumbawa Barat tahun ini mengalami peningkatan. Berdasarkan Data UPTD Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) pada Dinas Pengendalian Penduduk Keluarga Berencana Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A) KSB hingga bulan November sudah sebanyak 36 kasus. Di mana jumlah itu lebih banyak dari tahun 2023 yakni hanya 30 kasus. “Dan kami kira masih bertambah ya, karena ada juga laporan yang sedang kami proses. Belum juga data laporan di kepolisian pasti lebih banyak,” ungkap kepala UPTD PPA DP2KBP3A KSB, Erni Patriani kepada wartawan, Kamis, 7 November 2024

Untuk jenis kekerasan yang terjadi, Erni menyebutkan, paling banyak dalam bentuk kekerasan seksual, ekpoitasi, kekerasan fisik dan kekerasan psikis. “Kekerasan seksual tertinggi dalam laporan yang kami terima,” sebutnya.

Pada kekerasan seksual rentang umur anak yang menjadi korban, disebutkan Erni memiliki jenjang umur yang relatif lebih muda. Kiasarannya antara umur 15 hingga 10 tahun atau siswa SMP dan SD. “Paling banyak korban kekerasan seksual anak SMP kalau SMA eksploitasi seksual jatuhnya,” urainya.

Para pelaku kekerasan seksual sendiri diungkapkan Erni polanya tetap sama. Di mana pelaku umumnya adalah orang-orang terdekat bahkan keluarga inti dari korban sendiri. “Temuan kami ada yang pelakunya pamannya, saudara laki-lakinya, bapak tiri bahkan bapak kandungnya,” cetus Erni.

Erni mengakui kasus kekerasan terhadap anak di KSB paling sedikit dibanding kabupaten/kota lain di NTB. Namun demikian melihat trendnya jumlah itu tetap mengkhawatirkan, terlebih dari bentuk kekerasannya yang lebih banyak pada kekerasan seksual dan eksploitasi seksual.

“Kalau ditanya apa penyebabnya kami berasumsi karena gadget. Anak-anak sekarang mudah mengakses apa saja lewat hp. Dan lainnya alasan kompensional seperti latar belakang keluarga dan faktor ekonomi,” katanya.

Pada eksploitasi seksual terhadap anak, Erni selanjutnya mengaku miris. Ia mengungkap temuan lapangannya ada anak-anak yang bertindak sebagai pelaku sekaligus korban. “Temuan kami ada anak (perempuan) yang mengkomersilkan diri. Anak-anak ini sepertinya punya jaringan, punya grup komunitas,” beber mantan Lurah Arab Kenangan ini.

Terpisah kepala DP2KBP3A KSB, Agus Purnawan mengatakan, kasus kekerasan terhadap anak saat ini patut menjadi kekhawatiran bersama seluruh pihak. Sebab tidak saja pada segi kuantitas, bentuk-bentuknya pun semakin banyak terutama dalam hal tindak kekerasan dan eksploitasi seksual. “Kita tidak bisa menutup mata, kita harus bersama-sama menanganinya,” katanya.

Ia berharap dengan keterlibatan semua stakeholder masyarakat, tindakan kekerasan terhadap anak dan perempuan secara umum dapat ditekan. “Sebelum kita sampai pada kondisi istilahnya darurat, maka kita harus mulai dari sekarang bergerak mencegahnya,” imbuhnya. (bug)

IKLAN

spot_img
RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO