Mataram (Suara NTB) – Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat pastikan kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen yang akan berlaku mulai Januari tahun depan tidak akan mempengaruhi perekonomian di daerah. Hal ini karena kenaikan PPN ini dikenakan kepada barang-barang tertentu. Artinya, tidak semua barang turut mengalami kenaikan pajak.
Kepala Biro Perekonomian Setda NTB, Drs. H. Wirajaya Kusuma, MH., memastikan pertumbuhan ekonomi NTB di tahun depan akan tetap tumbuh bagus meskipun ada kenaikan pajak. Hal ini dikarenakan kenaikan pajak hanya diperuntukkan kepada barang-barang mewah.
“Artinya apa, perekonomian ini kedepan tumbuh dengan bagus. Artinya tidak akan membebani produk-produk UMKM,” ujarnya kepada Suara NTB.
Ia mencontohkan, definisi barang mewah yaitu barang-barang yang bisa dibeli dengan harga standar, namun karena barang tersebut dari brand terkenal, sehingga harga barang tersebut jauh dari harga barang normal.
Ia mengatakan, masyarakat NTB jarang yang menggunakan barang mewah dalam kehidupan sehari-harinya. Sehingga dengan kenaikan PPN 12 persen ini dikatakan tidak begitu berpengaruh terhadap masyarakat.
“Jadi PPN 12 Persen itu hanya terhadap item-item barang mewah tertentu. Tapi yang lain tidak, tetap dengan PPN yang lama. Barang mewah itu kan orang-orang tertentu saja. Kalau kita kan masih tetap kena PPN yang biasa,” jelasnya.
Perlu diketahui beberapa waktu lalu, Pemerintah Pusat mengumumkan beberapa barang yang terkena PPN 12 persen, di antaranya beras premium, buah-buahan premium, ikan premium seperti salmon dan tuna, udang dan crustasea premium, daging premium, rumah sakit kelas VIP atau pelayanan kesehatan premium lainnya, pendidikan berstandar internasional atau pelayanan pendidikan premium lainnya, dan listrik pelanggan rumah tangga dengan daya 3600-6600 VA.
Sementara itu, pertumbuhan ekonomi NTB di tahun ini selalu meningkat per triwulan. Menurut data BPS perekonomian NTB tumbuh cukup baik, yaitu sebesar 6,22 persen (yoy) pada Triwulan III 2024. Angka ini menjadikan ekonomi NTB lebih tinggi dari rata-rata nasional yang hanya 5 persen.
Untuk menjaga pertumbuhan ekonomi NTB tetap baik, Wirajaya mengaku perlu adanya penguatan sektor-sektor perekonomian yang ada di daerah ini. Bukan hanya mengandalkan sektor tambang, tetapi juga menguatkan sektor industri, UMKM, pertanian, dan lainnya.
“Ekspor tambang pasti habis. Dengan beroperasinya smelter otomatis ekstrak tambang sudah tidak ada lagi,” pungkasnya. (era)