spot_img
Selasa, Januari 14, 2025
spot_img
BerandaNTBDOMPUMiris, Korban Banjir Soritatanga Belum Tersentuh Bantuan

Miris, Korban Banjir Soritatanga Belum Tersentuh Bantuan

Dompu (Suara NTB) – Banjir bandang Soritatanga Kecamatan Pekat pada Jumat, 20 Desember 2024 sore lalu, menghanyutkan 3 unit rumah bersama 3 orang warga setempat. Namun hingga saat ini, korban banjir Soritatanga belum mendapat bantuan dari pemerintah. Padahal akibat bencana banjir itu, hanya pakaian di badan yang tersisa.

Junaidin dan Hadijah warga Mekar Sari Desa Soritatanga, merupakan pasangan suami istri yang ikut terseret banjir bersama rumahnya pada Jumat sore. Dua rumah lainnya yang ikut hanyut diseret banjir saat itu milik A Majid warga Mekar Sari dan Nurdin warga Sorimangge Desa Soritatanga.

Saat musibah banjir, di rumah Nurdin hanya ada Lalu Tusniawan (51) yang menjaga rumah walet miliknya. Ia terseret bersama rumah hingga di jembatan Sorimangge dengan jarak sekitar 200 meter. Tangan kanannya mengalami luka robek akibat sayatan seng rumah saat diseret banjir. Tusniawan berhasil menyelamatkan diri setelah meraih tumpukan pohon yang dibawa banjir dan tertahan di jembatan bersama rumah.

Sementara di rumah A Majid, tidak ada orang karena pemiliknya sedang ke Bima. Sehingga tidak ada barang – barang yang bisa diselamatkan, termasuk beras 50 kg yang baru dipinjam dari tetangga. Terlebih banjir ini datang usai hujan gerimis di sekitar perkampungan Soritatanga, Pekat. Namun hujan lebat dengan intensitas lama terjadi di daerah hulu sungai di gunung Tambora dan sekitar kaki gunung Tambora bagian selatan.

Junaidin bersama istri dan A Majid bersama istri kini menumpang di kediaman Nuhra di Dusun Sorimangge Desa Soritatanga, tidak jauh dari lokasi rumah Junaidin. Nuhra merupakan putri ketiga dari 4 bersaudara yang sudah berkeluarga. Rumahnya yang kecil berdindingkan seng ukuran 5 x 2,5 meter dan disekat jadi 2 kamar. Awalnya gubuk ini menampung 2 keluarga. Kini harus berbagi tempat tidur dengan orang tuanya dan A Majid yang masih menjadi kerabat akibat banjir Jumat sore. Sehingga emperan yang masih berlantaikan tanah dan beratap seng, ditutupi pake terpal sebagai dinding.

Junaidin didampingi istrinya Hadijah bersama putrinya Nuhra dan A Majid bersama istrinya Aminah saat ditemui di kediaman Nuhra, Selasa (24/12/2024) sore menceritakan kembali musibah banjir itu. Ia bersama istri usai menunaikan ibadah shalat ashar, cuaca di sekitar hujan gerimis. Ketika hendak keluar dari rumah, melihat banjir yang datang secara tiba – tiba dan sempat teriak minta putra bungsunya, Satrio selamatkan sepeda motor. Dari 2 sepeda motornya, hanya 1 yang berhasil diselamatkan.

Awalnya ia mengira banjir tidak sampai sebesar itu, terlebih selama 14 tahun mendiami rumah sederhana itu tidak pernah ada banjir sebesar itu, sehingga ia tetap di atas rumah. Ketika hendak turun, rumahnya sudah dikelilingi banjir dan mengikis kolom rumah dengan air banjir yang sangat deras. Sehingga rumahnya ikut hanyut bersama banjir. Anaknya yang hendak kembali mengambil HP dan menyelamatkan sepeda motor lainnya, sudah tidak bisa. “Saya hanya minta ke anak untuk pergi minta tolong ke warga lain. Ditarik pake tali,” katanya.

Saat rumahnya dibawa banjir, Junaidin bersama istri juga sempat diseret banjir. Kondisi itu membuatnya pasrah dan mengumandangkan adzan saat ia berhasil meraih pohon kayu sebagai pijakan. Selesai adzan, ia mendapati istrinya juga bergelantungan di pohon nangka. Ia pun berhasil meraih istrinya yang masih mengenakan pakaian shalatnya, hingga bergelantung bersama sebelum bantuan tiba dan ditarik pake tali.

“Karena diikat pake tali di badan, ditarik dengan arus banjir yang deras, badan saya sampai sekarang masih terasa sakit. Usai diselamatkan, saya dan mas (Lalu Tusniawan) dirawat di Polindes Soritatanga,” aku Hadijah.

Rumah Junaidin diseret banjir dan hancur sebelum sampai laut hingga ke laut. Sementara 30 sak pupuk yang disiapkan untuk pupuk jagungnya mencair tidak ada yang diselamatkan. Begitu juga dengan 20 karung padi yang baru dipanen, tidak ada yang diselamatkan bersama uang tunai Rp.500 ribu, dan barang – barang rumah tangga lainnya. Sementara dari 12 terpal miliknya, hanya 2 lembar yang ditemukan warga dan diserahkan kembali. “Pakaian tinggal di badan ini saja. Begitu juga dengan pakaian istri. Tapi masih bersyukur, karena masih diberi keselamatan bersama istri. Kalau istri ndak bisa diselamatkan, mungkin saya akan menyusul istri,” ungkap Junaidin.

Sejak musibah banjir hingga saat ini, Junaidin bersama keluarga belum pernah mendapat bantuan dari pemerintah. Bantuan yang diterima baru berupa 10 kg beras, 1 dus mie instan, dan 1 botol minyak. Bantuan ini diserahkan orang ke Nuhra putrinya. Karena keesokan hari pasca selamat dari banjir, ia dan istrinya ke Bima untuk doa selamatan bersama keluarganya dan kembali ke Soritatanga pada Senin, 23 Desember 2024.

Bantuan pada keluarga Junaidin ini belakangan diketahui berasal dari Ikatan Penyuluh KB (IPeKB) Kabupaten Dompu yang diserahkan oleh PLKB/PKB Pekat.

Sementara Lalu Tusniawan kini masih dirawat intensif di RSUD Dompu. Ia dijaga Nurdin, pemilik rumah walet yang dijaga Tusniawan.

Korban banjir Soritatanga, Pekat kini sangat mengharapkan uluran tangan dermawan untuk melanjutkan hidup bersama keluarga. Baik pakaian, bahan sembako, peralatan rumah tangga dan lainnya. (ula)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO