Selong (Suara NTB) – Rumah Susun Sewa (Rusunawa) Kayangan, Labuhan Lombok, Kabupaten Lombok Timur (Lotim) dibangun mulai 2015 oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR). Rusunawa itu rampung tahun 2016 dan mulai dihuni tahun 2017. Namun sejak tahun 2018, Rusunawa itu kosong karena ditinggalkan penghuninya akibat gempa bumi dahsyat pada 28 Juli 2018 silam. Gempa bumi susulan berulang kali terjadi sampai tahun 2019, membuat penghuni Rusunawa Kayangan trauma.
Kepala Dinas Perumahan dan Permukiman (Perkim) Lotim, Purnama Hadi kepada Suara NTB menjelaskan, anggaran pembangunan Rusunawa itu murni dari pemerintah pusat sebesar Rp 21 miliar. Menurut Purnama Hadi, sebenarnya bangunan lantai lima dengan 114 unit kamar tersebut tidaklah mangkrak. Hanya saja belum dimanfaatkan dengan maksimal. ‘’Bukan mangkarak, tapi belum dapat difungsikan sebagaimana yang diharapkan,’’ katanya.
Purnama Hadi menuturkan, Rusunawa Kayangan ini sebenarnya sudah dihuni oleh masyarkat berpenghasilan rendah (MBR) khususnya nelayan sejak September 2017. Masyarakat ini berasal dari dua desa, yakni Desa Labuhan Lombok dan Seruni Mumbul Kecamatan Pringgabaya Kabupaten Lotim.
Setelah 11 bulan dihuni tanggal 31 Juli dan 1 Agustus 2018 gempa dahsyat dengan magnitudo 5,4 dan 7,1, membuat masyarakat keluar dari Rusunawa dan tidak berani lagi kembali menempati bangunan berlantai lima itu. “Masyarakat tidak bani tulak bebale jok Rusunawa ( tidak berani kembali) karena takut gempa susulan,” ungkapnya.
Ada beberapa item bangunan yang rusak akibat gempat itu. Sebagian kerusakan karena gempa sudah diperbaiki namun masyarakat masih belum ada yang berani kembali.
Kadis Perkim Lotim ini berharap bangunan besar itu bisa difungsikan kembali. Tentu katanya harus ada perbaikan kembali atas berapa komponen bangunan yang rusak. Seperti pintu , jendela, kamar mandi dan lainnya. Perlu juga dilengkapi dengan prasarana pendukung seperti meubeler.
Agar bisa penghuni kembali, perlu dilakukan sosialisasi dan inventarisasi kembali kepada masyarakat nelayan agar mau kembali tinggal dan untuk tahap awal Bebas Sewa. Harapannya, perlu ada Tim Pengelola Rusunawa ke depannya agar terurus dan dapat dirawat secara berkala dan secara rutin setiap tahunnya dianggarkan untuk pemeliharaan.
Dikutip dari Laman Kementerian PUPR, Rusunawa Kayangan itu merupakan satu-satunya perumahan susun sewa reguler dibangun oleh Kementerian PUPR Direktorat Penyediaan Perumahan di Provinsi NTB pada tahun anggaran 2016.
Rusunawa Tipe T 24 yang memiliki 114 unit itu dibangun oleh Kontraktor PT Brantas Abipraya dan konsultan manajemen konstruksi PT Wahana Bangun Wisma
Dari 114 unit dua di lantai dasar untuk disabilitas. Pintu masuk untuk disabilitas. Setelah rampung pembangunan, sebenarnya fasilitas sudah sangat lengkap. Kamar mandi menggunakan sower. Setiap unit ada meubeler. Yakni sudah ada tempat tidur dan sudah dilengkapi lemari dua pintu serta kursi meja
Rusunawa Kayangan ini dibangun sebagai salah satu solusi untuk menangani masalah kemiskinan. Konsep awalnya juga pemerintah ingin menghadirkan tempat permukiman yang bersih dan indah.
Tempat bangunan Rusunawa yang berada di lahan tanjung ini terlihat indah karena disuguhkan pemandangan hijau Gunung Rinjani dan bentangan Selat Alas. Ditambah lagi dengan aktivitas Pelabuhan Penyeberangan Kayangan memperlihatkan aktivitas lalu lintas kapal.
Kepala Desa Labuhan Lombok, Hj. Siti Zaenab yang dikonfirmasi Suara NTB via telepon menjelaskan warganya memang banyak yang pernah tinggal di Rusunawa tersebut. Akan tetapi, semenjak gempa bumi semua pergi.
Diketahui setelah musibah gempa, terjadi serangan Covid-19. Selama pandemi Covid, Rusunawa ini pun sempat dijadikan tempat karantina dan isolasi pasien Covid. Kala itu, warga Lotim yang baru pulang dari luar negeri atau luar daerah dibawa ke Rusunawa terlebih dulu.
Setelah Covid berlalu, Rusunawa ini terlihat terbengkalai lagi. Tidak ada aktivitas apapun di tempat tersebut. Warga Labuhan Lombok sebenarnya kata Kades ini cukup banyak yang berminat. Asalkan ditata kembali dan tersedia fasilitas penunjang lainnya.
Saat ini air dan listrik di tempat tersebut tidak ada. Diyakini, setelah disentuh oleh pemerintah pascadidatangi Wakil Menteri (Wamen) Perumahan dan Kawasan Permukiman, H.Fahri Hamzah pada Jumat, tanggal 27 Desember lalu akan ada angin segar untuk menata kembali Rusunawa sehingga bisa dimanfaatkan kembali.
Kades Labuhan Lombok ini menyambut baik keinginan Wamen Fahri Hamzah saat datang ke Rusunawa. Dia menuturkan beberapa kali tempat tersebut dijanjikan akan ditata ulang. Beberapa fasilitas juga akan dibangun sebagai penunjang.
Selama ini, Badan Keamanan Desa (BKD) Labuhan Lombok kerap melakukan patroli di tempat tersebut. Dikhawatirkan, tempat tersebut disalahgunakan untuk hal-hal negatif.
Dikatakan, kawasan Rusunawa ini cukup indah. Karena itu tidak heran setiap akhir pekan, apalagi malam Minggu tempat tersebut selalu ramai dikunjungi warga untuk liburan. Pihak desa tetap melalukan pemantauan keamanan khawatir fasilitas yang ada disana hilang.
Ditambahkan, faktor keamanan menjadi penunjang utama. Banyak pekerja di wilayah Labuhan Lombok dari luar daerah yang membawa serta keluarganya ini membutuhkan tempat tinggal. Beberapa kali, Rusunawa ini menjadi pilihannya. Akan tetapi, karena tidak ada fasilitas penunjang saat ini membuat Rusunawa ini kini menjadi sepi penghuni.
Kades Labuhan Lombok berharap kawasan tersebut segera diperbaiki kembali. “Saya yakin, banyak yang akan minat kalau sudah ditata kembali,’’ ujarnya.
Semenjak musibah gempa itu, banyak yang tidak berani menghuni bangunan berlantai lima itu. Bangunan tersebut bagi warga setempat terlalu tinggi karena kewalahan ketika naik turun tangga. Terkecuali mungkin katanya bangunan ini ada fasilitas lift untuk memudahkan mereka yang menghuni lantai atas. “Lantai lima ini kerap dikunjungi sekadar melihat pemandangan alam sekitar, pemandangan gunung dan perairan yang indah,’’ ujarnya.(rus)