PEMERINTAH Kelurahan Bintaro, Kecamatan Ampenan tidak bisa mengintervensi lebih jauh terhadap bencana gelombang pasang di pesisir Pantai Ampenan. Mitigasi dilakukan dengan membangun tanggul sementara untuk mengurangi dampak secara langsung kepada masyarakat.
Lurah Bintaro, Rudy Herlambang menjelaskan, gelombang pasang yang terjadi pada akhir Desember 2024 mengakibatkan rumah warga di Lingkungan Bugis dan Bintaro Jaya terdampak. Gelombang pasang mengakibatkan abrasi sehingga tercatat 40-50 rumah warga langsung berdekatan dengan bibir pantai. Mitigasinya dengan membangun tanggul sementara untuk mengurangi dampak secara langsung yang dirasakan masyarakat. “Kita hanya bisa membangun tanggul sementara,” kata Rudy.
Penanganan jangka panjang sebenarnya dengan membangun jetty atau pemecah gelombang. Pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mataram dengan harapan ada intervensi secara langsung. Informasinya Dinas PUPR Kota Mataram kata Rudy, telah mengirim proposal ke Kementerian Pekerjaan Umum Republik Indonesia dengan harapan dapat segera direalisasikan. “Bangun jetty ini butuh anggaran yang besar,” katanya.
Rudy menyadari tanggul sementara ini tidak bisa bertahan lama. Pihaknya mengusahakan membangun sistem pencegah gelombang dengan menggunakan banning. Artinya, ban ditumpukan atau ditata untuk mengurangi hempasan gelombang masuk ke pemukiman warga. Sistem ini telah dicoba di Penghulu Agung, Kelurahan Ampenan Selatan dan Kelurahan Banjar. “Saya kira ini lebih efektif dan bertahan lama,” ujarnya.
Apakah ada rencana mengevakuasi warga yang rumahnya berdekatan dengan pinggir pantai? Ia menegaskan, belum ada arahan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kota Mataram. Kondisi ini sebenarnya sudah diketahui oleh warga di Pantai Ampenan, terutama nelayan memilih menambatkan perahu mereka di kawasan Senggigi, Kabupaten Lombok Barat dan Kabupaten Lombok Utara.
Ia mengimbau warga di Bintaro tetap waspada bilamana terjadi gelombang pasang atau banjir rob. (cem)
