Mataram (Suara NTB) – Tingginya investigasi berdampak terhadap berkurangnya lahan pertanian. Hal ini menjadi momok bagi kota yang sedang berkembang. Fenomena ini juga terjadi di Kota Mataram. Sejumlah 339 hektar lahan pertanian pangan berkelanjutan dapat dipertahankan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang Kota Mataram, Lale Wediahning menjelaskan, dalam pembahasan perubahan rencana tata ruang wilayah (RTRW) bersama Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Barat bahwasanya lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) yang secara konsisten dipertahankan hanya 339 hektar. Sebagian besar lahan pertanian di Kota Mataram dikuasai oleh pemodal alias pihak ketiga. Pengusaha telah merencanakan membangun perumahan sebelum tahun 2019. “Kalau lahan pertanian kita tidak akan berikan rekomendasi. Kecuali, setelah ada perubahan baru rekomendasi dikeluarkan,” kata Lale.
Ditegaskan, LP2B wajib dipertahankan sesuai amanat peraturan daerah (Perda) Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Mataram. Berbeda halnya dengan lahan sawah dilindungi yang secara eksisting bisa digunakan untuk pembangunan maka tidak mutlak dipertahankan. Lale menyebutkan, luas lahan pertanian pangan berkelanjutan (LP2B) dari sebelumnya 580 hektar menjadi 339 hektar. Berbeda dengan LSD jumlahnya mencapai 1.700 hektar. “Ada kategorinya merujuk pada RTRW tahun 2019 apabila ingin dilakukan perubahan,” jelasnya.
Dikonfirmasi terpisah, Pelaksana tugas (Plt) Kepala Dinas Pertanian Kota Mataram, H. Irwan Harimansyah mengatakan, semakin berkurangnya lahan pertanian pangan berkelanjutan maka secara otomatis produksi padi semakin berkurang. Kementerian Pertanian Republik Indonesia menargetkan produksi padi di Kota Mataram mencapai 20 ribu-25 ribu ton per tahun. “Tetapi kita tidak boleh pesimis melainkan harus mempertahankan produksi padi sekitar 20-25 ribu ton per tahun,” katanya.
Caranya adalah mensosialisasikan kepada pemilik lahan dengan memberikan bantuan pupuk dan peralatan pertanian lainnya. Irwan mengaku, pihaknya cukup dilema. Di satu sisi, pemerintah pusat menargetkan swasembada pangan. Di sisi lain, lahan pertanian di Kota Mataram semakin berkurang. Tugas berat ini harus dijalankan terutama mempertahankan produktifitas lahan pertanian. Strateginya mengoptimalkan teknologi pertanian serta memberikan stimulus bagi petani penggarap. (cem)