Sumbawa Besar (Suara NTB) – Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Geofisika kelas III Mataram, menduga retakan tanah di Dusun Tangkam Pulit kecamatan Batulanteh bukan liquifaksi (pergerakan tanah) melainkan hanya longsoran.
“Jika kita berbicara liquifaksi faktor pemicunya adalah gempa, sementara saat kejadian kami tidak mencatat adanya gempa melainkan hujan dengan intensitas tinggi di sekitar lokasi, ” kata kepala stasiun Geofisika Mataram, Sumawan kepada Suara NTB melalui sambungan telepon, Rabu, 12 Februari 2025.
BMKG mencatat gempa terakhir yang terjadi di Sumbawa tanggal 8 Februari jam 23. 00 wita. Bahkan kekuatan gempa tersebut hanya berada di angka 2,8 skala richter dengan kedalaman sekitar 10 kilometer dari permukaan laut (cukup dangkal).
“Harusnya dengan kekuatan kurang dari 4 skala richter hampir tidak mungkin terjadi liquifaksi mungkin efeknya karena hujan dengan intensitas tinggi sehingga terjadi retakan,” jelasnya.
Dia menambahkan, kejadian longsor tidak semestinya harus terjadi secara vertikal bahkan bisa terjadi secara diagonal dengan kemiringan tertentu sehingga masyarakat beranggapan hal itu merupakan liquifaksi. “Meski dugaan awal kita bukan liquifaksi, tetapi kami tetap akan melakukan kajian kebih lanjut terutama lapisan dan tata guna tanah di lokasi tersebut, ” tukasnya.
Sebelumnya, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sumbawa mencatat sedikitnya ada 15 rumah terdampak dugaan liquifaksi (pergeseran tanah). Dari 15 rumah tersebut ada sekitar 37 kepala keluarga (KK) atau 99 jiwa harus mengungsi ke rumah kerabat, Selasa, 11 Februari 2025 sekitar pukul 10.20 wita.
“Ada satu unit rumah mengalami kerusakan parah dan telah dilakukan pembongkaran untuk menekan terjadinya hal yang tidak diinginkan, ” kata kepala pelaksana BPBD Muhammad Nurhidayat didampingi Kabid Kedaruratan dan Logistik, Dr. Rusdianto, Rabu, 12 Februari 2025.
Saat ini, kata kalak, para korban yang terdampak masih mengungsi di rumah kerabat. Pihaknya pun terus berkoordinasi dengan berbagai pihak guna memastikan kebutuhan dasar para pengungsi terpenuhi serta memitigasi risiko bencana lanjutan.
“Kami mengimbau masyarakat di sekitar lokasi untuk tetap waspada terhadap potensi pergerakan tanah susulan, terutama mengingat kondisi geografis wilayah Batulanteh yang rawan, ” tukasnya. (ils)