CALON jemaah haji yang mengidap penyakit demensia akan lebih diperketat lagi di musim haji tahun 2025 ini. Demensia diartikan sebagai penyakit otak yang menyebabkan penurunan fungsi kognitif dan daya ingat secara bertahap atau pikun.
Ketua Kerja Tim 4 Badan Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Mataram dr. Ferry Wardhana, SpKP., mengatakan, tim kesehatan di musim haji tahun 2024 kemarin memang cukup sibuk dengan jemaah haji dengan kondisi demensia. Sebab sekitar 60 persen dari jumlah lansia yang berangkat haji mengalami kondisi tersebut.
“Sempat ada konflik di Arab Saudi kemarin kan. Jemaah kita yang dirawat di Arab Saudi itu banyak sekali, jadi kasian,” kata dr. Ferry Wardhana kepada wartawan, Kamis, 13 Februari 2025.
Dr. Ferry yang rutin masuk dalam Tim Kesehatan PPIH Embarkasi Lombok ini mengatakan, sebaiknya para jemaah haji 2025 bisa diberikan pengobatan medis secara optimal di daerah masing-masing sebelum dibawa ke Asrama Haji agar tak ada masalah kesehatan serius sebelum pemberangkatan ke tanah suci.
“Obat demensia ini kan bikin ngantuk. Jika jemaah haji minumnya di Asrama Haji dan tertidur, sampai pesawat masih tertidur, kalau belum bangun maskapai tak mau terima, dia akan dibalikkan lagi, bisa ditunda keberangkatannya,” ujarnya.
Dalam hal atensi kesehatan ke jemaah haji, pihaknya akan lebih menekankan kepada jemaah haji untuk penggunaan alat pelindung diri (APD), terlebih wabah pneumonia sudah kembali muncul.
Pneumonia adalah peradangan pada kantung udara di paru-paru akibat infeksi bakteri, virus, atau jamur. Pneumonia lebih rentan menyerang anak kecil, orang lanjut usia, dan mereka yang memiliki kondisi medis tertentu
“Di Jepang sama China sudah mulai meningkat. Terbukti dari jemaah umrah yang datang rata-rata batuk pilek sama sesak nafas. Ini termasuk berbahaya juga bagi jemaah haji yang lansia, apalagi dia sudah punya penyakit komorbit seperti hipertensi sama diabetes,” katanya.
Pemerintah Arab Saudi sendiri kata dr. Ferry meminta agar yang diberangkatkan adalah jemaah haji yang dalam kondisi sehat. Terlebih isu yang muncul saat ini adalah rencana pemberlakuan satu kloter satu tenaga kesehatan (nakes). Artinya jumlah nakes berpotensi berkurang dari pemberangkatan jemaah tahun lalu yang berjumlah sebanyak tiga nakes.
Adapun tim kesehatan haji Embarkasi Lombok terdiri dari BKK Mataram, RSUD Provinsi NTB serta Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB.
Sebelumnya, Kementerian Agama Provinsi NTB mengungkapkan kuota haji reguler untuk NTB pada tahun 2025 yaitu sebanyak 4.399 orang. Kuota ini merupakan data reguler yang telah ditetapkan, sementara penetapan final untuk keseluruhan kuota masih menunggu keputusan dari pemerintah pusat. Jumlah kuota ini bisa saja bertambah tergantung kebijakan Pemerintah Arab Saudi. Saat ini, Indonesia memiliki kuota nasional sebanyak 221 ribu jamaah yang tersebar di seluruh provinsi.(ris)