Giri Menang (Suara NTB) – Pelaksanaan program Makanan Bergizi Gratis (MBG) mendapatkan sorotan. Pasalnya, selain bahan baku untuk kebutuhan MBG di beberapa tempat seperti di Lingsar, diduga dipasok dari luar Lobar. Untuk sementara pelaksanaan program MBG di Lobar baru di 7 kecamatan dan dilayani 7 Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG).
Dari tujuh kecamatan itu, empat kecamatan ditangani satu yayasan. Dari data yang diperoleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Lobar, tujuh kecamatan itu terdiri Kecamatan Lingsar dengan SPPG Yayasan Lombok Islamic School, Kecamatan Kediri dengan SPPG Yayasan Nusrul Habib NW Buntage, Kecamatan Labuapi dengan SPPG Yayasan Nusrul Habib NW Buntage.
Kemudian Kecamatan Kuripan dengan Yayasan Nasrul Habib NW Buntage, Kecamatan Lembar dengan Yayasan Nujmul Huda Batu Samban dan Kecamatan Narmada dengan Yayasan Al-Faham Sakkaki Umar dan Kecamatan Gerung dengan Yayasan Nasrul Habib NW Buntage.
Sasaran program ini mulai dari TK, SD dan SMP. Seluruh anak di Lobar yang disasar sebanyak 16.062 siswa, terdiri dari TK 895 anak, SD sebanyak 9.870 dan SMP 5.297 siswa. Dengan rincian, Kecamatan Lingsar menyasar 1.926 siswa. Kediri 2.813 siswa. Labuapi sebanyak 1.574 siswa. Kuripan 2.322 siswa. Lembar sebanyak 1.360 siswa. Narmada 3.069 siswa dan Gerung sebanyak 2.998 siswa.
Kepala Dinas Dikbud Lobar Maad Adnan menjelaskan, penunjukan yayasan yang menyalurkan MBG merupakan kewenangan Badan Gizi Nasional (BGN). Meski demikian, pihaknya tetap berkoordinasi agar masalah bahan baku yang diambil dari luar Lobar atau kecamatan setempat akan berkoordinasi dengan BGN dan SPPG agar bahan baku diakomodir dari produk lokal di mana SPPG itu berada.
Sementara itu Anggota DPRD Lobar Hj Robihatul Khairiyah mengatakan bahwa, pihaknya turun mengawasi pelaksanaan MBG di lapangan, terutama memastikan SPPG mengambil bahan pangan lokal untuk MBG sesuai ketentuan regulasi yang mengatur. Sebab, kata dia, telah ada Peraturan Pemerintah (PP) bahwa dapur-dapur yang ditunjuk untuk pengadaan MBG harus mengambil dari wilayah setempat (bahan makanan).
‘’Jika sudah tidak ada di desa setempat baru diambil dari lintas desa, kecamatan dan lintas skup lebih besar,” ujarnya.
Politisi Demokrat itu sempat miris mendengar kebutuhan sayur MBG itu justru didatangkan dari kawasan Sembalun Lombok Timur..Padahal potensi kawasan Lingsar – Narmada sebagai wilayah penghasil pertanian dan perkebunan sangat mampu menyuplai kebutuhan itu.
Kemungkinan, lanjut dia, karena program MBG ini baru, sehingga desa belum siap. Seperti di Lingsar tidak sedikit petani sayuran, namun belakangan petani semakin sedikit, karena pemasaran tidak terlalu luas, yakni ke Pasar Bertais, Kota Mataram. Kalaupun dipasok ke pasar Narmada, permintaannya menurun. Karena mobilitas perekonomian. (her)