Dompu (Suara NTB) – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Dompu saat ini tengah merawat 12 orang dari 13 orang penderita reaktif HIV sejak Januari 2025 hingga Maret ini. Satu pasien tidak lagi dirawat di RSUD Dompu karena pindah domisili.
Hal itu disampaikan Kasi Pemasaran dan Humas RSUD Dompu, Muhammad Iradat, S.Gz saat dihubungi, Sabtu, 8 Maret 2025. Dikatakan Iradat, pasien reaktif HIV mendapat pelayanan pengobatan langsung dari RSUD Dompu. Berupa conseling, pemeriksaan dokter, pemeriksaan laboratorium, rontgen, dan pemberian ARV yang dilakukan secara gratis.
Penderita reaktif HIV, sekitar 80 persen berasal dari Lelaki Suka Lelaki (LSL) atau kaum homosexual. Sisanya ibu hamil yang ditularkan oleh perilaku suaminya dan juga anak yang dilahirkan. “Klien yang terkontaminasi bukan saja dari Kabupaten Dompu, melainkan juga dari kabupaten lain,” ungkapnya.
Dikatakan Iradat, penderita HIV ini sangat tertutup untuk pasangannya. Namun mereka baru akan terbuka setelah lama didalami dengan sabar terkait kondisinya. Sehingga cukup menyulitkan bagi petugas untuk melakukan traking kontaknya.
Iradat mengingatkan pasien untuk terbuka terhadap orang yang pernah berhubungan dengannya. Karena virus HIV hanya bisa ditularkan melalui hubungan sex, jarum suntik, dan ASI. Ketika pasien terbuka, petugas bisa melakukan traking untuk menghindari penyebaran virus.
Pasien reaktif HIV masih bisa diobati untuk menekan perkembangan virus di dalam tubuh penderita. Selain menkonsumsi obat secara teratur, juga dengan menjaga pola hidup sehat dan bertaubat. “Pasien reaktif HIV masih bisa diobati dengan ARV. Tapi kalau sudah naik jadi AIDS, tidak bisa disembuhkan,” katanya.
Sebelumnya, Dinas Kesehatan Kabupaten Dompu mengungkapkan ada 4 pasien baru HIV di Kabupaten Dompu tahun 2025. Pasien ini ditemukan pada Januari 2025 dengan usia 7 tahun, 17 tahun, 20 tahun, dan 32 tahun. Satu diantaranya seorang ibu hamil.
Mayoritas penderita adalah kelompok homosexual. Kelompok ini sering kali menargetkan anak remaja yang labil dengan iming – iming uang untuk berhubungan. Akibat perilaku ini menyebabkan virus berkembang dan menjangkiti remaja. Sehingga para orang tua dituntut menjaga pergaulan putranya. (ula)