spot_img
Sabtu, Maret 22, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEPeningkatan Ekspor Produk Lokal, Terkendala Keterbatasan Bahan Baku dan Kontinuitas

Peningkatan Ekspor Produk Lokal, Terkendala Keterbatasan Bahan Baku dan Kontinuitas

Mataram (Suara NTB) – Dinas Perindustrian Provinsi NTB menargetkan semakin banyak produk lokal yang bisa diekspor ke luar negeri. Sebab masih banyak komoditas ekspor yang masih berupa barang mentah. Namun demikian, ada beberapa kendala yang masih dihadapi oleh NTB. Salah satunya keterbatasan bahan baku dan kontinuitas.

Kepala Dinas Perindustrian Provinsi NTB Nuryanti mengatakan, pihaknya sudah mulai membina IKM dengan standar ekspor. Misalnya yang bergerak di bidang olahan ekosistem kelapa. Di mana Dinas Perindustrian sedang melatih IKM untuk memenuhi kebutuhan ekspor serta melatih kontinuitas.

Ia mengatakan, cara mempersiapkan pelaku industri kecil memasuki ekspor yaitu menjaga kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Sementara untuk industri berskala besar, fasilitasi Dinas Perindustrian cukup dengan izin-izin usaha industri dan beberapa sertifikasi untuk Klasifikasi Baku Lapangan Usaha Indonesia (KBLI) untuk tujuan negara ekspor.

“Misalnya akan ada ekspor olahan hasil smelter. Itu industri besar. Terus ada kita punya industri porang. Beberapa pabrik porang, terus mutiara. Itu yang skala-skala besar memang sudah berjalan,” kata Nuryanti kepada Suara NTB, Kamis, 20 Maret 2025.

Untuk skala IKM, salah satu yang sedang digarap bersama Bank Indonesia adalah produk olahan kelapa. Misalnya Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa murni. Produk VCO dari NTB selama ini hanya memenuhi kebutuhan pasar dalam daerah dan pasar luar daerah, khususnya ke DIY Yogyakarta. Sebab NTB belum mampu memenuhi di ketersediaan jumlah produk.

“Karena kendala kita memang di bahan baku. Bahan baku sebenarnya banyak, namun sudah terjual mentah, oleh masyarakat termasuk pengepul. Itu dijual dalam bentuk hasil panen,” katanya.

Dinas Perindustrian kata Nuryanti bersama Bank Indonesia melatih sekitar 70 IKM untuk pemenuhuhan permintaan produk kelapa. Pemesanan untuk 100 liter VCO masih bertahap dalam rangka melakukan pembinaan terhadap IKM.

“Kemudian kelapa ada ampasnya. Sehingga mulai tahun ini kita intervensi produk tepung kelapa sisa santan. Kita standarisasi, kemudian IKM-nya kita latih agar sesuai standar. Batoknya diolah jadi briket, serabutnya kita bisa buat coco powder dan coco fiber. Dan ampas santan jadi tepung kepala,” katanya.

Ia menyatakan, mulai tahun 2025, target Kementerian Perindustrian untuk industri yaitu nilai investasi dan nilai ekpor untuk sektor industri. Inilah yang sedang dipersiapkan, sehingga mulai tahun kemarin, Dinas Perindustrian NTB telah membuat roadmap untuk pengembangan industri lokal yang ekspor.(ris)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -


VIDEO