Mataram (Suara NTB) – Pendapatan asli daerah dari pajak restaurant mengalami peningkatan selama bulan ramadan. Berbeda halnya dengan pajak hotel justru merosot.
Kepala Bidang Pelayanan, Penyuluhan, dan Penagihan Badan Keuangan Daerah Kota Mataram, Ahmad Amrin mengatakan, pendapatan dari pajak restaurant cendrung mengalami peningkatan selama bulan ramadan. Hal ini terjadi setiap tahunnya, karena kebiasaan masyarakat menggelar berbuka puasa bersama di rumah makan atau lesehan.
Hal berbeda justru terjadi di pajak hotel. Pendapatan dari hotel justru merosot atau mengalami penurunan drastis mencapai 30 persen. “Kalau pajak restaurant setiap tahun pasti meningkat, karena banyak orang yang buka puasa bersama. Kalau hotel ini malah sepi,” jelasnya dikonfirmasi kemarin.
Amrin tidak menjelaskan secara spesifik peningkatan maupun penurunan dari pajak hotel maupun restaurant. Akan tetapi, ia menggambarkan secara umum bahwa realisasi pajak restaurant sampai tanggal 21 Maret 2025, mencapai 26,45 persen atau Rp10,5 miliar lebih dari target Rp40 miliar. Sedangkan, pajak hotel dari target Rp30 miliar hanya terealisasi Rp6,8 miliar atau 22,77 persen. “Kalau persentasenya belum kita hitung berapa kenaikannya. Tetapi jelas kalau hotel itu turunnya kisaran 20-30 persen,” sebutnya.
Peningkatan pendapatan dari pajak restaurant ini, juga faktor dari pengawasan yang dilakukan sampai akhir bulan Maret. Disamping itu kata Amrin, tingkat kepatuhan dari wajib pajak mengalami peningkatan. “Kalau hotel kita pahami mungkin karena low season. Tetapi mudah-mudahan ada peningkatan,” harapnya.
Amrin menekankan petugas pajak tetap melakukan pengawasan, untuk mengoptimalkan salah satu sumber pendapatan asli daerah Kota Mataram tersebut.
Selain itu, wajib pajak juga diharapkan meningkatkan kepatuhan dengan membayar pajak sesuai dengan batas jatuh tempo. “Iya, kita minta meningkatkan kepatuhan saja sih,” harapnya. (cem)
