Mataram (SuaraNTB) – Menjelang matahari terbenam, tepat pada malam pengerupukan sebelum Hari Raya Nyepi, puluhan warga Lingkungan Negara Sakah dan Lingkungan Sweta Cakranegara di Kota Mataram melaksakan tradisi Perang Api.
Tepat Jumat 28 Maret 2025, sekitar pukul 17.30 Wita, kegiatan saling serang dan memukul lawan dengan menggunakan daun kelapa kering (bobok) yang sudah menyala dengan api.
Tradisi perang api diadakan di simpang tiga Negara Sakah Jalan Selaparang, yang dilakukan oleh para pemuda dari dua lingkungan tersebut.
Meski terlihat seperti pertengkaran, tetapi terdapat aturan tak tertulis yang disepakati antara kedua belah pihak. Salah satu aturannya, tidak boleh ada rasa dendam atau niat mencederai.
Perjalanan cerita tradisi perang api turun temurun ini, diakui Kepala Lingkungan Sweta Timur Ida Bagus Ngurah tetap dilakukan untuk menjaga nilai kesakralan yang diyakini sejak tahun 1819.
Ia menjelaskan, tradisi perang api ini dilakukan untuk mencegah terjadinya wabah di lingkungan Negara Sakah dan Sweta. Karena itu, rutin dilakukan setiap tahun, tepatnya sebelum Nyepi.
Setelah melakukan perang api, bobok yang telah digunakan lalu dibawa pulang ke rumah dan diletakkan bersama dengan sarana upakara çaru.
Sementara itu, pelaksanaan Perang Api juga didukung dengan pengamanan dari pihak TNI Polri bersama desa adat setempat. Dengan menurunkan puluhan personel, dan satu mobil water canon menjaga di titik perang api dilakukan.
Kapolsek Sandubaya, Kompol Imam Maladi mengatakan, terdapat kolaborasi keamanan dalam pelaksanaan perang api ini. Selama tradisi berlangsung, tidak ada penonton yang terkena musibah dan peserta terlibat masalah, sehingga tradisi perang api bisa terselesaikan tepat waktu.
Setelah perang api, kedua belah pihak dari masing-masing lingkungan langsung bersalaman dan menandakan tradisi selesai. (nia)