Mataram (Suara NTB) – Di tengah tingginya kebutuhan ekonomi dan terbatasnya lapangan kerja di dalam negeri, menjadi Pekerja Migran Indonesia (PMI) masih menjadi pilihan utama bagi sebagian masyarakat di Kota Mataram.
Saat ini kebutuhan ekonomi yang dibutuhkan manusia untuk menyambung hidup sangatlah tinggi, jumlah calon pekerja di Indonesia sendiri juga terus meningkat dari tahun ke tahun. Salah satu alternatif lapangan pekerjaan yang banyak diminati oleh para pekerja adalah menjadi Pekerja Migran.
Penduduk di Kota Mataram pun demikian, hal ini terlihat sedari awal tahun hingga saat momen Ramadan dan selepas Idulfitri, di mana banyak warga mulai kembali mendaftarkan diri untuk bekerja ke luar negeri.
Kepala Disnaker Kota Mataram, H. Rudi Suryawan, yang dihubungi Suara NTB pada Kamis, 10 April 2025. Ia menyampaikan jika pada Triwulan pertama tahun 2025, terdapat 169 Penduduk Kota Mataram yang terdaftar sebagai Calon Pekerja Migran Indonesia (CPMI).
“Kemarin saat bulan Ramadan sebelum lebaran, 10 hingga 20 orang sehari yang kami verifikasi dan wawancara. Sampai Maret 2025 ada sebanyak 169 orang CPMI yang terdaftar,” sebutnya.
“Setelah lebaran kemarin baru dua orang yang mendaftar,” lanjutnya.
Ia juga menambahkan jika jumlah CPMI di Kota Mataram tersebut terbilang sedikit untuk di awal tahun ini. Hal ini Karena memang Kota Mataram bukan termasuk daerah kantong PMI, yang artinya mungkin tidak terlalu banyak pekerja migran dibanding daerah lain. Sehingga pihak Disnaker Kota Mataram sejauh ini belum bisa menyimpulkan apakah akan terjadi kenaikan atau penurunan terhadap jumlah peminat untuk menjadi PMI.
“Dalam setahun saja di Kota Mataram sekitar 700 hingga 800 orang. Kemarin tahun 2024 saja sekitar 760 sekian orang,” ucapnya.
Sebaran negara tujuan para CPMI di Kota Mataram adalah Malaysia sebanyak 83 orang, Singapura sebanyak 18 orang, Arab Saudi sebanyak 17 orang, Turki sebanyak 12 orang, Kuwait sebanyak 11 orang, Taiwan sebanyak 11 orang, dan Hongkong sebanyak delapan orang. Sisanya adalah negara Brunei Darussalam, Malta, Polandia, Uni Emirat Arab (UEA), dan Kroasia, yang jumlahnya masing-masing di bawah tiga orang.
Dari data tersebut, Rudi menjelaskan jika negara Malaysia menjadi negara yang tinggi diminati oleh para CPMI. Hal ini sebab Malaysia dianggap lebih menjanjikan, terutama di sektor perkebunan.
“Yang lebih banyak ke Malaysia, terutama di perkebunan. Karena kalau di perkebunan tidak terlalu membutuhkan skill khusus, yang penting bertenaga dan kondisi fisik sehat dan kuat,” jelasnya. (hir)