Mataram (Suara NTB) – Inflasi di Kota Mataram di bulan Maret mencapai 1,50 persen. Pemicu adalah tingginya harga cabai rawit dan emas. Pengendalian harga terutama barang pokok melalui operasi pasar.
Kepala Bagian Ekonomi dan Sumber Daya Alam Setda Kota Mataram, Luh Putu Sari Savitri dikonfirmasi pada, Jumat, 11 April 2025 menjelaskan, berdasarkan rilis dari Badan Pusat Statistik Kota Mataram, pada bulan Maret pada Maret 2025 terjadi inflasi year on year sebesar 1,50 persen, atau terjadi kenaikan Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 106,32 pada Maret 2024 menjadi 107,92 pada Maret 2025. Sedangkan untuk mount to mount mengalami inflasi dengan tingkat sebesar 2,31 persen dan tingkat inflasi year to day sebesar 0,86 persen.
Menurutnya, inflasi Kota Mataram year on year masih dalam range aman yaitu 2,5 plus minus 1. “Artinya, tidak melebihi 3,5 atau tidak di bawah 1,5,” jelasnya.
Ia menambahkan, inflasi y-on-y terjadi karena adanya kenaikan harga yang ditunjukkan oleh naiknya sembilan indeks kelompok pengeluaran dari total sebelas indeks kelompok, yaitu kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 9,72 persen; kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 3,01 persen; kelompok kesehatan sebesar 2,30 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 2,22 persen; kelompok pendidikan sebesar 1,57 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 1,15 persen; kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,74 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,72 persen; dan kelompok transportasi sebesar 0,63 persen. Sedangkan penurunan indeks kelompok pengeluaran terjadi pada kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,30 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 2,71 persen.
Ditambahkan, sepuluh komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y pada Maret 2025, antara lain: emas perhiasan, cabai rawit, bawang merah, sewa rumah, kopi bubuk,
minyak goreng, sigaret kretek mesin (SKM), udang basah, sepeda motor, dan ikan tongkol atau ikan ambu-ambu. “Cabai rawit dan emas menjadi penyumbang inflasi di Kota Mataram,” sebutnya.
Sedangkan 10 komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, antara lain: tarif listrik, beras, tomat, angkutan udara, daging ayam ras, telepon seluler, shampo, telur ayam ras, tahu mentah, dan tempe.
Sementara 10 komoditas yang dominan memberikan andil/sumbangan inflasi m-to-m, antara lain: tarif listrik, cabai rawit, bawang merah, daging ayam ras, emas perhiasan, kelapa, minyak goreng, kopi bubuk, pisang, dan angkutan laut.
Sedangkan 10 komoditas yang memberikan andil/sumbangan deflasi m-to-m pada Maret 2025, antara lain: angkutan udara, cabai merah, wortel, telepon seluler, kacang panjang, melon, buncis, kentang, biskuit, dan ikan kakap merah.
Safitri menambahkan, pada Maret 2025, kelompok pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan inflasi y-on-y, yaitu: kelompok makanan, minuman dan tembakau sebesar 0,98 persen; kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya sebesar 0,55 persen; kelompok penyediaan makanan dan minuman/restoran sebesar 0,19 persen; kelompok transportasi sebesar 0,08 persen; kelompok pendidikan sebesar 0,08 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,06 persen; kelompok pakaian dan alas kaki sebesar 0,05 persen; kelompok perlengkapan, peralatan dan pemeliharaan rutin rumah tangga sebesar 0,03 persen; dan kelompok rekreasi, olahraga, dan budaya sebesar 0,01 persen.
Sedangkan pengeluaran yang memberikan andil/sumbangan deflasi y-on-y, yaitu: kelompok informasi, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 0,07 persen dan kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga sebesar 0,46 persen.
Menurutnya, Pemkot Mataram tetap berupaya mengendalikan inflasi dengan menggelar sidak pasar terkait stok barang pokok, mengadakan pasar rakyat, dan kolaborasi operasi pasar keliling. (cem)