PEMPROV NTB terus mendorong pemanfaatan hasil riset untuk mendukung sektor pangan dan perikanan, salah satunya melalui penggunaan bakteri halofilik untuk meningkatkan kualitas garam.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Riset dan Inovasi Daerah (Brida) NTB, Lalu Suryadi menyampaikan bahwa inovasi ini merupakan langkah penting dalam memperbaiki kualitas garam lokal yang selama ini dinilai rendah.
‘’Selama ini, kualitas garam kita masih kurang karena kandungan kotorannya tinggi, warnanya cenderung hitam. Ini menyebabkan harganya rendah meskipun produksinya cukup banyak,’’ ujarnya.
Menurutnya, penggunaan bakteri halofilik yang bersifat organik dapat menjadi solusi alami dan ramah lingkungan untuk menyerap kotoran dalam proses produksi garam, sehingga menghasilkan garam yang lebih putih dan bersih.
Penggunaan bakteri halofilik, kata Suryadi sudah pernah diuji coba secara kecil-kecilan di Bima oleh Gubernur NTB, Lalu Muhamad Iqbal bersama dengan mahasiswa. Didapatkan hasil yang menjanjikan. Oleh karena itu, pemerintah daerah mendorong pengembangan lebih lanjut agar dapat diterapkan secara luas di sentra-sentra produksi garam di NTB.
Selain riset terkait garam, Pemprov NTB juga tengah meneliti penggunaan maggot dan cacing sebagai pakan alternatif untuk budidaya lobster. Permasalahan utama budidaya lobster di NTB, sambung Suryadi ada pada pakannya. Yang mana NTB melakukan impor kerang pakan lobster dari Pulau Jawa.
Dikatakan, kerang yang menjadi pakan lobster tidak bisa dibudidayakan di NTB. Sebab, Suryadi menilai kondisi laut NTB tidak memiliki banyak lumpur yang menjadi pakan kerang tersebut. Untuk itu, terdapat alternatif lain yaitu penggunaan cacing dan maggot sebagai pakan lobster.
Budidaya cacing dan maggot sebagai pakan lobster nantinya dibuat vegetarian. Yaitu pemberian pakan tanpa telur dan susu.
“Pakan cacing ini nanti ada unsur-unsur lautnya. Misalnya rumput laut. Ini sedang diuji sehingga cacing bisa digunakan” ucapnya.
Upaya lain yang tengah dikembangkan termasuk produksi bibit rumput laut melalui teknik kultur jaringan. Dengan cara ini, pembibitan bisa dilakukan lebih cepat dan menghasilkan bibit berkualitas. (era)