Sumbawa Besar (Suara NTB) – Pemerintah menetapkan Sumbawa sebagai lokasi program hilirisasi dan pengembangan tanaman perkebunan jenis kopi yang dijabarkan dalam RPJMN tahun 2025-2029 dan ditargetkan mampu merambah pasar ekspor.
“Di RPJMN 2025-2029 ditetapkan bahwa kopi Sumbawa masuk salah satu program prioritas nasional disamping produk unggulan daerah lainnya,” kata Sekretaris Bappeda Litbang Kabupaten Sumbawa, Wahyu Indrajaya, kepada Suara NTB, Selasa, 29 April 2025.
Wahyu melanjutkan, pemerintah daerah tentu menyambut baik masuknya kopi menjadi program prioritas nasional. Sebab saat ini daerah juga tengah mendorong tanaman kopi ini sebagai salah satu solusi atas kerusakan hutan yang terjadi.
“Kopi ini bisa menjadi solusi untuk menjaga hutan, karena selama ini kita kebablasan dalam meningkatkan produksi jagung sehingga merambah ke dalam kawasan hutan,” ujarnya.
Tanaman kopi ini merupakan salah satu tanaman keras dan memiliki nilai ekonomis yang tinggi bahkan saat ini harganya bisa mencapai Rp70.000 per kilogram nya. Tentu tujuan akhirnya ketika program kopi ini bisa berjalan hutan-hutan bisa terjaga dan menekan dampak bencana hidrometeorologi.
“Kopi ini sebagai solusi jangka panjang untuk menekan ekspansi pembukaan lahan dan itu juga diperkuat secara nasional dan kami daerah menyambut,” ujarnya.
Disinggung apakah Kopi dapat menggantikan pertanaman jagung, Wahyu menjelaskan pemerintah daerah saat tengah mencari pola khusus agar tidak terjadi gejolak di masyarakat. Hal itu terjadi karena sifat dan karakteristik tanaman kopi tidak seperti jagung atau tanaman pangan lainnya.
“Jadi, untuk tanaman kopi ini membutuhkan waktu sekitar 3 tahun baru bisa menghasilkan, sehingga kami juga tidak serta merta menggantikan jagung ke kopi,” sebutnya.
Pemerintah pun lanjut Wahyu, tetap akan memberikan solusi agar masyarakat tidak kaget saat jagung nantinya dialihkan ke kopi. Bahkan kopi akan diperlakukan sama seperti tanaman pangan jenis lain seperti padi dan jagung.
“Tetap akan kita lakukan pembinaan dan pendampingan kita juga akan berikan bibit yang bagus karena selama ini pola tanam kopi kita masih bersifat tradisional,” tambahnya.
Lahan Potensial Kopi
Dinas Pertanian (Distan) Sumbawa, mencatat luas lahan potensial untuk tanaman kopi di wilayah setempat mencapai 10.000 hektare yang tersebar di Kecamatan Batulanteh, Alas Barat, dan Ropang.
“Jadi, dari 20.000 hektare tersebut yang sudah ditanami kopi baru di angka 3.798 hektare dengan produksi per 20.000 ton per tahunnya,” kata Kadistan Sumbawa, Ir. Ni Wayan Rusmawati, kemarin.
Pemerintah pun memastikan, akan tetap berusaha mengoptimalkan potensi lahan tersebut terutama di daerah dataran tinggi untuk tanaman keras. Apalagi harganya saat ini dianggap cukup bagus sehingga bisa meningkatkan perekonomian petani kopi.
“Kita juga sudah mengusulkan anggaran untuk melakukan program pembibitan kopi arabika di beberapa lokasi agar petani bisa lebih mudah mendapatkan benih kopi,” ujarnya.
Wayan menyebutkan, bahwa kondisi tanaman kopi yang eksis saat ini sudah berumur sehingga perlu ada penggantian untuk meningkatkan produksi. Karena pada prinsipnya ketika tanaman sudah tua maka produksinya juga akan menurun.
“Kami tetap akan melakukan penggantian terhadap tanaman kopi yang sudah tua sehingga produksi kita bisa meningkat,” ujarnya.
Selain meningkatkan produksi, pemerintah pun memastikan akan memantapkan infrastruktur pendukung salah satunya lantai jemur termasuk alat pemasaran. Sehingga kedepannya kopi Sumbawa ini bisa lebih maju dan bersaing dengan kopi dari daerah lainnya.
“Kami juga akan mendorong adanya gerai penjualan kopi dengan melibatkan UMKM sehingga kedepannya kopi Sumbawa lebih dikenal,” tukasnya. (ils)