Mataram (Suara NTB) – Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) NTB menyebut angka stunting di NTB meningkat. Peningkatan tersebut berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia pada 2024.
Hal itu disampaikan Kepala Perwakilan BKKBN NTB, Dr. Lalu Makripuddin, M.Si., usai acara kunjungan kerja DPR RI komisi IX di Kantor Gubernur, Rabu, 28 Mei 2025. “Memang cukup mengagetkan ya angka stunting kita sesuai hasil SSGI itu meningkat,” katanya kepada Suara NTB, Rabu 28 Mei 2025.
Disebutkan, angka stunting pada 2023 sebesar 24,6 persen. Kemudian pada 2024 meningkat menjadi 29,8 persen. “Artinya peningkatannya itu sekitar 5,2 persen,” sebutnya.
Makripuddin mengatakan, kabupaten yang menyumbang angka tertinggi stunting merupakan Kabupaten Lombok Utara (KLU) sebesar 35 persen. Disusul Lombok Timur 33 persen. Kemudian Kabupaten Sumbawa 29 persen. Kabupaten Bima 28,4 persen. Kota Mataram 23 persen, dan Kabupaten Dompu 19,8 persen. “Jadi data yang baru keluar enam kabupaten,” ungkapnya.
Ia mengungkapkan banyak faktor yang menjadi penyebab meningkatnya angka stunting tersebut. Pertama, tidak tercapainya target data-data terkait stunting
“Remaja putri yang mendapat tablet tambah darah, ibu hamil yang mendapat tablet tambah darah kelihatannya tidak tercapai,” jelasnya.
Selain itu, kemiskinan ekstrem juga menjadi salah satu biang kerok meningkatnya angka stunting di NTB. Menurut Makripuddin, tiga dari sepuluh balita stunting berasal dari keluarga miskin ekstrem.
“Kemudian ada banyak faktor lain yang menyebabkan. Tapi mungkin pernikahan dini kita juga tinggi. Karena ini tentu berpotensi melahirkan stunting,” terangnya.
Berangkat dari itu, dirinya berupaya menekan angka stunting di NTB dengan akan melakukan koordinasi dengan Sekretaris Daerah (Sekda) serta Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) untuk mengevaluasi faktor-faktor penyebab meningkatnya angka stunting.
Selain itu, Makripuddin akan terus menggalakkan program pencegahan stunting di BKKBN Provinsi NTB yakni Gerakan Orang Tua Asuh Cegah Stunting (Genting).
“Target kita di sini ada 38 ribu untuk menjadi orang tua asuh mudah-mudahan itu bisa tercapai,” harapnya.
Tak hanya itu, dirinya berencana akan mengoptimalkan program Makan Bergizi Gratis (MBG) untuk menurunkan angka stunting. “Melalui MBG itu kita akan pastikan sepuluh persen dari penerima manfaat itu betul-betul akan kita pastikan menerima manfaat, Ibu Hamil, Ibu Menyusui dan Balita selain anak sekolah,” tuturnya.
Makripuddin juga memastikan akan mengoptimalkan peran tenaga lapangan. Ia menyebut, saat ini pihaknya memiliki sekitar 724 tenaga lapangan. “Kita memiliki tenaga pendamping keluarga itu sekitar 12 ribu ini semua akan kita kerahkan kita akan secara maksimal usahakan,” tegasnya.
Ia berharap, upaya-upaya pencegahan stunting ini dapat terus diintensifkan serta peran TPPS akan dioptimalkan. “Kemudian peran tenaga-tenaga lapangan kita akan kita optimalkan. Pokoknya kita keroyok bersama tidak mungkin diselesaikan oleh satu sektor,” pungkasnya. (sib)