spot_img
Selasa, Juli 8, 2025
spot_img
BerandaEKONOMIPupuk Indonesia Jawab Kekhawatiran Petani Soal Potensi Kenaikan Harga Pupuk karena Perang

Pupuk Indonesia Jawab Kekhawatiran Petani Soal Potensi Kenaikan Harga Pupuk karena Perang

Mataram (Suara NTB) – Meluasnya konflik bersenjata antara Iran dan Israel dikhawatirkan berimbas pada sektor pertanian global, termasuk Indonesia. Kekhawatiran utama datang dari potensi lonjakan harga pupuk, terutama urea, yang menjadi salah satu komoditas vital dalam sektor pertanian. Petani di Nusa Tenggara Barat (NTB) mulai menyuarakan kecemasan mereka terhadap kemungkinan kenaikan harga, baik pupuk bersubsidi maupun non-subsidi.

Kondisi ini tidak lepas dari peran Iran sebagai salah satu produsen urea terbesar di dunia. Jika konflik berkepanjangan mengganggu produksi dan ekspor pupuk dari negara tersebut, maka harga pupuk di pasar global bisa meroket seperti halnya yang terjadi saat pecahnya perang Rusia-Ukraina beberapa tahun lalu.

Namun demikian, PT Pupuk Indonesia (Persero) memastikan bahwa hingga saat ini stok pupuk, baik bersubsidi maupun komersial, di wilayah NTB masih dalam kondisi aman dan tersedia hingga Beberapa bulan ke depan.

“Sampai saat ini belum ada perubahan harga untuk Pupuk Subsidi, karena belum ada revisi peraturan dari Kementerian Perdagangan. Harga pupuk subsidi masih sesuai dengan HET (Harga Eceran Tertinggi),” ujar Nursan Arif, AE PT. Pupuk Indonesia Wilayah NTB, Senin (23/6/2025).

AE Pupuk Indonesia juga menyatakan, meskipun kondisi geopolitik global tengah memanas, belum ada dampak signifikan terhadap distribusi maupun harga pupuk di dalam negeri. Untuk pupuk komersial pun sementara ini belum mengalami kenaikan harga, meskipun tidak menutup kemungkinan akan terdampak jika eskalasi konflik terus berlanjut.

“Kalau pupuk komersil memang bisa terpengaruh, tapi saat ini masih stabil. Kita akan terus pantau perkembangan di tingkat global dan tetap pastikan stok tersedia untuk petani,” tambahnya.

Sebagaimana diketahui, pupuk subsidi hanya diperuntukkan bagi petani yang terdaftar dalam Rencana Definitif Kebutuhan Kelompok (RDKK). Kelompok sasaran ini mencakup petani dengan subsektor tanaman pangan (padi, jagung, kedelai), hortikultura (cabai, bawang merah, bawang putih), serta perkebunan (tebu rakyat, kakao, kopi, Dan Singkong).

Selain itu, penerima pupuk subsidi harus memiliki lahan maksimal 2 hektare dan tergabung dalam kelompok tani. Pupuk Indonesia mengimbau petani tidak perlu panik membeli pupuk dalam jumlah besar secara mendadak.

“Distribusi akan tetap kami jaga dan stok masih tersedia. Untuk wilayah NTB, saat ini stok pupuk subsidi Urea sebanyak 36.246 ton dan NPK: 21.269 ton,” tutup Nursan.

Dengan pengawasan ketat terhadap rantai distribusi dan kepastian harga dari pemerintah, petani diharapkan tetap dapat berproduksi dengan tenang meski ancaman krisis global tengah membayangi. (bul)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO