spot_img
Senin, Juli 14, 2025
spot_img
BerandaEKONOMISulit Dapat Elpiji 3 Kg, Harga Melonjak, IRT dan Pedagang Mengeluh

Sulit Dapat Elpiji 3 Kg, Harga Melonjak, IRT dan Pedagang Mengeluh

Keberadaan elpiji 3 kg di Kota Mataram belakangan ini sulit didapat. Masyarakat  masih harus keliling mencari gas melon ini. Jika dapat, harga per tabung melebihi Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan. Sementara pihak Pertamina mengklaim Stasiun Pengisian Bahan Bakar Elpiji  (SPBBE) sudah mendistribusikan gas elpiji 3 kg seperti biasa. Tapi kondisi di lapangan banyak pengecer yang kekurangan stok.

PARA ibu rumah tangga (IRT) dan pedagang kecil di Kota Mataram mengeluhkan sulitnya mendapatkan elpiji 3 Kg pasca Iduladha. Selain langka, harga gas subsidi ini juga melonjak di tingkat pengecer, bahkan menembus Rp25 ribu per tabung.

Seorang pedagang ketoprak, soto, dan gado-gado, di kawasan Sekarbela, Murni mengaku kewalahan mencari gas untuk memasak. Kondisi itu membuatnya terpaksa menutup warung sehari penuh, karena tidak mendapatkan pasokan dari pangkalan maupun pengecer.

“Semenjak lebaran kemarin, susah sekali dapat gas. Anak saya sudah keliling dari sore sampai malam, tetap nggak dapat. Pernah beli sampai Rp22 ribu, bahkan ada yang jual Rp25 ribu. Kemarin juga saya sempat tutup sehari gara-gara nggak dapat gas,” ujar Murni saat ditemui di warungnya, Sabtu, 21 Juni 2025.

Menurutnya, meski di dekat warungnya terdapat pangkalan gas, tetap saja tidak menjamin ketersediaan. Untuk bisa membeli, warga harus datang sejak pagi dan antre menunggu kedatangan stok.

“Kalau datang lewat jam 10 pagi, pasti sudah habis. Cepat sekali habis. Dulu sempat pakai KTP waktu beli, sekarang sudah tidak,” tambahnya.

Keluhan serupa datang dari salah satu pemilik pangkalan gas di wilayah Sekarbela, yang enggan disebut namanya. Ia menyebut kini hanya mendapat jatah 40 tabung dari agen, padahal sebelumnya pengiriman disesuaikan dengan jumlah tabung kosong yang dikembalikan.

“Sekarang jatahnya dibatasi. Pengiriman juga lama. Dulu kalau ditelepon cepat datang, sekarang tidak. Begitu datang, langsung diserbu warga. Cepat sekali habis,” ujarnya.

Di sejumlah pengecer di kawasan Pagesangan dan Jempong, situasi tak jauh berbeda. Banyak pengecer kehabisan stok, sehingga warga harus berkeliling ke berbagai tempat hanya untuk mendapatkan satu tabung gas.

Seorang warga Sekarbela, Indah, mengaku sudah dua hari kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg. “Saya sudah keliling ke mana-mana, tapi belum dapat juga,” keluhnya.

Hal yang sama dialami Amanda, seorang mahasiswi yang ngekos di Pagesangan. Ia mengatakan sudah seminggu tidak memasak karena kehabisan gas.

“Sudah cari-cari tetap belum dapat juga. Jadi lebih boros karena harus beli makanan jadi. Kadang juga rasanya tidak cocok. Apalagi makanan Lombok kan lumayan pedas, saya kurang bisa makan pedas. Semoga cepat normal lagi stoknya,” harapnya.

Kelangkaan gas ini tak hanya menyulitkan kebutuhan rumah tangga, tetapi juga berdampak langsung pada penghasilan pedagang kecil. Banyak di antara mereka yang terpaksa menghentikan aktivitas jualan untuk sementara waktu.

Warga berharap pemerintah daerah dan pihak terkait segera turun tangan. Penataan ulang sistem distribusi, pengawasan ketat di tingkat pangkalan dan pengecer, serta mencegah kemungkinan penimbunan atau permainan harga menjadi langkah yang sangat dinanti masyarakat.

Hj. Fulan, salah satu pengecer elpiji 3 kg di Mataram, mengakui, jika stok dari pangkalan yang minim. Menurutnya, jika sebelum terjadi kelangkaan, dirinya bisa memesan elpiji 3 kg sesuai dengan jumlah tabung. Namun, sekarang pengecer hanya dijatah 5 hingga 7 tabung oleh pangkalan.

‘’Kalau sebelumnya, kita punya 20 tabung elpiji 3 kg, maka kita dibawakan 20 tabung. Kalau sekarang, hanya dijatah 5 tabung hingga 7 tabung. Saya tidak tahu kenapa,’’ ujarnya.

Untuk itu, dirinya terpaksa menjual elpiji 3 kg Rp25.000 dari Rp22.000 harga jual sebelumnya. Sementara pengecer harus menambah kocek untuk menebus gas di pangkalan sebesar Rp20.000.

Beda halnya dengan Firaman, salah satu pengecer di Ampenan. Dirinya mengakui jika kondisi elpiji bersubsidi belakangan ini cukup langka. Namun, dirinya tidak seperti pedagang atau pengecer lain yang menjual cukup mahal.

‘’Saya dikasih Rp18.000. Saya jual Rp20.000 per tabung. Ada yang bilang, kenapa tidak dinaikkan saja? Saya jawab, cukup mendapatkan keuntungan sedikit. Toh yang beli rata-rata keluarga dan tetangga,’’ jawabnya.

Hal senada dirasakan Ridwan, salah seorang pengecer yang mengaku merasakan dampak minimnya stok gas elpiji 3 kg di pasaran. Dari pengakuannya, pihak pangkalan biasanya mengirim pasokan gas tiga kali seminggu yakni pada Senin, Rabu, dan Jumat ke tokonya, Namun, sudah dua kali ia tak kunjung melihat truk pemasok tiba.

“Biasanya lancar. Seminggu tiga kali. Sekarang sudah dua periode tidak dikirim. Ini Rabu dan Jumat tidak dikirim,” katanya, Minggu 22 Juni 2025.

Ridwan tidak tahu pasti penyebab keberadaan elpiji 3 kg di Mataram sulit didapat. Namun, jika pun penyebabnya jelas dan logis,

Ia mengaku sangat merasakan sulitnya mendapatkan elpiji 3 kg. Ridwan juga merasa kasihan kepada masyarakat yang kerap datang ke tokonya untuk menanyakan keberadaan gas elpiji 3 kg. Namun, harus pulang membawa kekecewaan, sebab barang pokok yang dicarinya tidak ada.

Hal serupa juga dialami Ahmad, seorang pengecer gas elpiji asal Dasan Agung Baru. Ia mengungkapkan, kelangkaan gas elpiji 3 kg sangat menyusahkan masyarakat. “Sangat meresahkan dan menyusahkan seperti pedagang-pedagang warung, kaki lima, pedagang gorengan susah juga nyari,” ujarnya saat diwawancarai.

Beberapa pekan terakhir, toko miliknya yang berada di Jl. Pemuda kini hanya menyetok gas melon setengah dari jumlah biasanya. “Biasanya saya nyetok 20 buah, sekarang cuma 10 atau 15,” ujarnya.

Diberitakan, beberapa pengecer terpaksa menaikkan harga di Harga Eceran Tertinggi (HET) akibat kelangkaan gas elpiji 3 kg tersebut. Namun, berbeda dengan pengecer lain, Ahmad justru tak mau menaikkan harga. Karena hal tersebut justru akan menambah beban masyarakat. “Kalau masalah harga sih tetap (normal) kita. Tetap menahan harga,’’ katanya.

Keberadaan elpiji 3 kg ini diharapkan kembali normal. Karena, gas elpiji 3 kg merupakan kebutuhan pokok masyarakat. “Tidak usah muluk-muluk yang penting lancar itu saja sudah. Tidak muluk-muluk yang penting ada setiap hari itu sudah. Buat masak,” tandas Ahmad.  (hir/ham/sib)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -



VIDEO