spot_img
Selasa, Juli 8, 2025
spot_img
BerandaHEADLINESelami Sosok Dr. Mala Lewat Bedah Buku "Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel"...

Selami Sosok Dr. Mala Lewat Bedah Buku “Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel” Karya Nurdin Ranggabarani

Mataram (Suara NTB) – Forum Mahasiswa Hukum Sumbawa (FMHS) menggelar agenda bedah buku “Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel” karya Nurdin Ranggabarani pada Senin 23 Juni 2025 malam. Acara yang diselenggarakan di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya ini merupakan satu dari sekian rangkaian acara Dies Natalis FMHS yang ke-23 tahun.

Dalam acara bedah buku itu, hadir sebagai pemateri Nurdin Ranggabarani selaku penulis. Kemudian H. Agus Talino, Pemimpin Redaksi Suara NTB, dan M. Riadhussyah, dosen salah satu perguruan tinggi di Mataram sebagai pemateri dalam bedah buku itu.

Acara yang dihadiri oleh berbagai kalangan mulai dari mahasiswa, dosen, dan tokoh-tokoh penting NTB ini berjalan dengan santai namun khidmat.

Buku Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel sendiri menceritakan biografi seorang tokoh intelektual asal Sumbawa, NTB, yakni Dr. H. L. Mala Sjarifuddin, S.H., DESS., dengan gagasan desentralisasi dan otonomi daerah.

Dalam kesempatan itu, penulis, Nurdin Ranggabarani menceritakan motif serta bagaimana proses kreatifnya menulis “Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel” dengan runut dan lugas.

“Saya pikir, Dr. H. L. Mala ini, pantas kemudian kita tulis untuk menjadi inspirasi dan motivasi kita bersama. Terutama anak-anak muda di NTB, tidak saja Sumbawa. Karena beliau ini adalah Doktor pertama di Provinsi NTB,” ujarnya.

Dr. Mala, sendiri menempuh pendidikan di Sekolah Rakyat (SR) di Sumbawa, lalu melanjutkan pendidikan SMP di Makassar. Setelah itu, pindah ke Surabaya untuk melanjutkan SMA. Kemudian S1 di Fakultas Hukum, Universitas Indonesia. Lalu, menyelesaikan studi S2 dan S3 di Universitas Panteon, Perancis dengan predikat Summa Cumlaude.

Menurut Nurdin, berdasarkan riset yang dilakukannya saat menyusun buku tersebut, ia menemukan satu fakta baru terkait siapa tokoh Bapak Otonomi Daerah. Umum diketahui bahwa Ryaas Rasyid adalah bapak otonomi daerah di Indonesia. Namun, menurut Nurdin orang yang tepat disebut sebagai Bapak Otonomi Daerah adalah Dr. Mala Sjarifuddin.

Hal itu diperkuat, dari hasil disertasi Dr. Mala, yang berbicara terkait otonomi daerah dan desentralisasi pada rentang tahun 1974 dan 1979. Di mana, Dr. Mala telah menyuarakan terkait pentingnya otonomi daerah jauh sebelum Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah disahkan.

Sementara itu, H. Agus Talino yang juga sebagai pembicara turut mengapresiasi Buku Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel ini. Buku ini disajikan dengan sederhana namun lugas. ‘’Buku ini keren dan hebat,’’ pujinya.

“Kenapa saya mengatakan buku ini keren, buku ini hebat? Buku ini memberi pelajaran yang sangat besar, sangat luar biasa kepada kita pembacanya,” sambungnya.

Menurutnya, buku ini setidaknya memberikan satu pelajaran penting bahwa untuk menuju sukses ada formula dan syaratnya. “Buku ini memberikan pelajaran betapa untuk sukses itu kita harus gigih. Harus sungguh-sungguh, harus telaten. Dan pelajaran itu tidak saja datang dari tokoh yang ditulis dalam buku ini, tetapi juga datang dari penulisnya (Nurdin),” ucapnya.

Ia menambahkan, untuk melahirkan buku biografi Dr. Mala tidak bisa dibilang mudah. Sebab, banyak informasi dan data yang perlu dikumpulkan untuk menyusun buku ini. Oleh karena itu, lahirnya buku “Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel” menurutnya, berkat kesungguhan dan keuletan penulisnya.

Apresiasi serupa terhadap penulis dan tokoh yang ditulis juga datang dari pembicara ketiga, Riadhussyah. Menurutnya, anak-anak generasi sekarang perlu mengikuti rekam jejak intelektual Dr. Mala sebagaimana yang diceritakan dalam buku ini.

“Beliau disebut sebagai penunggu perpustakaan dan tak jarang Dr. Mala ini harus diusir oleh penjaga perpustakaan gara-gara waktunya sudah tutup,” ungkapnya.

Menurutnya, jejak intelektual seperti itu, perlu dicontoh oleh generasi muda sekarang ini. Namun, akan sulit bagi pemuda saat ini mengikuti jejak intelektual Dr. Mala jika pemuda tidak mau belajar dan malas membaca.

“Kita itu anak muda, khususnya anak-anak gen-z dan gen alpha ini kita hanya bisa fokus tidak lebih dari beberapa menit saja. Malah di beberapa penelitian menyebutkan hanya belasan detik saja kita bisa fokus. Bagaimana kita akan bisa menapaki masa depan yang lebih seperti bagaimana Dr. Mala menembus Eiffel, menembus Prancis dengan luar biasa kalau fenomena brain rot di anak-anak muda masih berjalan dan mereka malas baca,” tandasnya.

Setelah memaparkan ulasan terhadap buku Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel, para pemateri kemudian bertukar gagasan dan pikiran dengan para peserta lewat tanya jawab.

Bedah buku Dari Sumbawa Menggapai Puncak Eiffel karya Nurdin Ranggabarani ini berhasil menggambarkan sosok Dr. Mala putra asal Sumbawa, NTB dengan jelas dan terang. Dari kisah Dr. Mala yang didedah oleh pemateri, para peserta dan pemuda mendapatkan satu pelajaran penting. Seperti yang dikutip dari pernyataan pemateri, H. Agus Talino di akhir, bahwa siapapun bisa menjadi apapun asalkan dia mau dan bersungguh-sungguh. (sib)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -






VIDEO