spot_img
Sabtu, Juli 19, 2025
spot_img
BerandaHEADLINEJenazah Juliana Diautopsi di RUSD Bali Mandara, Dibawa Lewat Jalur Darat

Jenazah Juliana Diautopsi di RUSD Bali Mandara, Dibawa Lewat Jalur Darat

Mataram (Suara NTB) – Jenazah pendaki asal Brasil, Juliana (27) resmi akan diautopsi di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Bali Mandara, Denpasar. Jenazah korban dibawa dari Mataram menggunakan ambulans milik RS Bhayangkara Mataram dengan pengawalan mobil Patroli Jalan Raya (PJR), menyeberang melalui jalur laut dari Pelabuhan Lembar, Lombok Barat, menuju Pelabuhan Padangbai, Bali.

“Kami sebelumnya mencoba berkoordinasi dengan pihak di Bali, memang pilihannya ada dua di Rumah Sakit Umum Ngurah dan RS Mandara,” kata Plt Kepala Rumah Sakit Bhayangkara, dokter Mike Wijayanti Djohar, Kamis, 26 Juni 2025.

Namun, dari dua pilihan tersebut RSUD Bali Mandara dipilih menjadi tempat dilakukannya autopsi karena jarak tempuhnya lebih dekat.

“Pihak keluarga juga menginginkan agar jenazah segera dibawa pulang ke Brasil,” ucapnya.

Mike menyebut bahwa autopsi kemungkinan dilaksanakan besok pagi, Jumat, 27 Juni 2025 karena jenazah sudah pasti tiba malam ini. Autopsi tidak dilakukan malam ini karena menurutnya, proses autopsi akan lebih efektif jika dilakukan pada pagi hari. Meskipun Mike sendiri mengatakan jenazah korban sudah tidak dalam keadaan kaku.

Lebih lanjut, dia membeberkan bahwa dokter sempat melakukan visum luar terhadap jenazah Juliana atas permintaan penyidik. Namun, hasil visum luar tersebut tidak bisa ia sampaikan kepada awak media.

“Mudah-mudahan besok sore hasil autopsi sudah ada dan jenazah bisa langsung dipulangkan ke Brasil,” tandasnya.

Sebelumnya Wakil Gubernur Gubernur NTB, Indah Dhamayanti Putri mengatakan bahwa jenazah korban tidak bisa diautopsi di RS Bhayangkara Mataram karena satu-satunya dokter forensik di rumah sakit tersebut sedang melakukan dinas ke luar daerah. Jumlah dokter forensik di NTB juga hanya satu orang.

“Oleh karena itu, kami mencari opsi yang terdekat yaitu di Denpasar. Kapolda NTB juga telah berkoordinasi dengan Kapolda Bali. Insyaallah setibanya di Sana nanti bisa langsung diautopsi,” tuturnya.

Lebih lanjut, Dinda menyebutkan, autopsi dilakukan untuk mengetahui waktu kematian dari Juliana. Hasil autopsi tersebut dibutuhkan pihak keluarga dan kedutaan untuk proses pemakaman di Brasil.

“Setelah autopsi selesai dilakukan di Bali nanti, jenazah dan keluarga akan langsung diberangkatkan pulang ke Brasil,” pungkasnya.

Terpisah, Plh Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, Lalu Mohammad Faozal menjelaskan bahwa keberangkatan jenazah melalui jalur darat dilakukan karena tidak ada pesawat yang tersedia untuk mengangkut jenazah dari Lombok ke Bali.

“Bapak Gubernur sendiri memastikan seluruh hal yang berkaitan dengan kepulangan dan fasilitas untuk keluarga ditanggung oleh pihak provinsi,” ucap Faozal, Rabu, 25 Juni 2025.

Sebagai informasi, Jenazah Juliana sampai di RS Bhayangkara pada Rabu, 26 Juni 2025, sekitar pukul 22.46 dari Sembalun, Lombok Timur setelah evakuasi selesai dilakukan.

WN Brasil tersebut dilaporkan jatuh ke arah Danau Segara Anak di sekitar titik Cemara Nunggal dengan kedalaman ratusan meter saat mendaki menuju puncak Gunung Rinjani. Insiden tragis ini terjadi pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Kepala Balai TNGR Yarman dalam keterangan resminya mengatakan pihaknya menerima informasi jatuhnya pendaki tersebut pada pukul 06.30 Wita. Dalam waktu singkat, tim gabungan dari Balai TNGR, Basarnas Mataram, EMHC, Polsek Sembalun, dan Potensi SAR Lotim langsung bergerak. Pukul 12.00 Wita, tim pendahulu yang membawa peralatan vertical rescue sudah mencapai Pos 4, mendekat ke lokasi korban dan diperkirakan tiba di lokasi korban sekitar Pukul 15.00 Wita.

Posisi awal yang menjadi lokasi tempat jatuhnya korban diperkirakan mencapai 150-200 meter. Namun, pada Senin 23 Juni 2025 Kepala Kantor SAR Mataram Muhamad Hariyadi menyatakan korban ditemukan bergeser ke kedalaman 500 meter dari titik awal jatuhnya.

Berdasarkan pantauan dari drone, korban saat itu dalam kondisi tidak bergerak. Tim SAR gabungan berupaya keras melakukan evakuasi terhadap JDSP yang jatuh ke kedalaman ratusan meter tersebut

Pada 21 Juni 2025 Tim SAR gabungan menemukan korban dalam keadaan meninggal dunia di kedalaman sekitar 600 meter.

Pada pukul 19.00 Wita, disebabkan oleh cuaca yang tidak memungkinkan, evakuasi korban diputuskan dilakukan pada Rabu, 25 Juni 2025 pagi dengan metode lifting (korban diangkat ke atas).

Kemudian, evakuasi dilanjutkan dengan menyusuri rute pendakian menuju Posko Sembalun dengan cara ditandu. Selanjutnya, jenazah dibawa ke RS Bhayangkara menggunakan mobil jenazah dari RSUD NTB. (mit)

RELATED ARTICLES
- Advertisment -





VIDEO