Mataram (Suara NTB) – Sekolah-sekolah di NTB baru saja menyelesaikan proses penerimaan murid baru tahun ajaran 2025. Berbeda dengan tahun lalu, penerimaan murid baru saat ini menggunakan sistem baru yaitu Sistem Penerimaan Murid Baru (SPMB) menggantikan sistem sebelumnya yakni PPDB. SPMB bertujuan meningkatkan akses pendidikan yang adil dan merata. Meski demikian, persoalan yang terjadi di tahun-tahun sebelumnya yakni kekurangan siswa di sekolah pinggiran masih terjadi di tahun ini.
Pemerhati Pendidikan yang juga Dekan FKIP Universitas Muhammadiyah Mataram (Ummat), Dr. Muhammad Nizaar, M.Pd., Si., mengatakan, SPMB diberlakukan dengan beberapa perubahan pada jalur dan kuota masing-masing jalur. “Jika melihat ini maka SPMB diberlakukan bukan untuk memberi solusi terhadap masalah kesenjangan antara sekolah pinggiran dan sekolah pusat kota,” ujarnya kepada Suara NTB, Sabtu, (5/7/2025).
Untuk itu, katanya, solusi terbaik terkait pesoalan kesenjangan tersebut adalah pemerataan perhatian pemerintah terhadap berbagai jenis sekolah. Sekolah pinggiran yang identik dengan fasilitas minim dan guru yang seadanya harus diberikan perhatian lebih besar agar diminati masyarakat.
“Sekolah pinggiran pun banyak yang negeri, namun kalah juga dari sisi jumlah siswa dibandingkan dgn sekolah swasta yang di bawah naungan pondok pesantren misalnya,” jelasnya.
Menurutnya, masyarakat cenderung mencari sekolah yang secara biaya murah, tapi sarana prasarana sekolahnya berkualitas, berprestasi, serta tenaga pendidik yang berorientasi mendidik dan menghadirkan kesan postif.
Dari pantauan Suara NTB, beberapa sekolah yang berada jauh dari jantung Kota Mataram, seperti SMPN 16, SMPN 18, SMPN 22, SMPN 24 Mataram masih kesulitan mendapatkan siswa baru pada SPMB tahun ini.
Kepala SMPN 16 Mataram, Burhanuddin mengatakan, SPMB masih belum berperan dalam aspek pemerataan siswa di sekolah-sekolah pinggiran. Apalagi kondisi sekarang, kata dia, masih banyak sekolah yang belum tercukupi siswanya.
“Karena SPMB ini memberi ruang yang terbuka untuk membesarkan sekolah besar. Jadi belum mempertimbangkan aspek pemerataan. Yang diakses oleh sistem (SPMB) ini, itu minat masyarakat. Sehingga nanti sekolah-sekolah yang diminati itu kan diberi ruang untuk membuka jumlah siswa sampai 45-40,” katanya saat dihubungi, Minggu, (6/7/2025).
Selain itu, citra masyarakat terkait sekolah “favorit” dan non-favorit juga masih menjadi alasan kenapa sekolah pinggiran semakin terpinggirkan. “Jadi ini image masyarakat tentang sekolah favorit. Terutama sekolah yang berada di jantung kota Mataram itu juga belum sepenuhna pupus. Masih cukup kuat. Ada kecenderungan sekolah-sekolah tua yang sekolah-sekolah yang sudah cukup lama atau dalam image masyarakat kita masih dianggap sebagai sekolah-sekolah yang cukup diminati,” terangnya.
Pada SPMB tahun ini, SMPN 16 Mataram hanya mendapat siswa sebanyak 116 orang, lebih besar dari tahun sebelumnya yaitu 92 orang. Namun, jumlah tersebut masih jauh dari kuota yang disediakan yakni 164 siswa.
Hal serupa juga dialami sekolah lain. SMPN 22 Mataram baru mendapat 32 orang siswa. Jumlah tersebut setengah dari total kuota yang diberikan yakni 64 siswa atau dua rombel. Kondisi SMPN 18 Mataram tidak kalah memperihatinkan. Dari 64 jumlah kuota siswa yang diberikan, sekolah yang berada di Jl. Layur, No. 81 X Ampenan itu hanya mendapatkan 7 siswa. (sib).