Sumbawa Besar (Suara NTB) – Dinas Kesehatan (Dinkes) Sumbawa menemukan sebanyak 42 kasus HIV hingga bulan Juli tahun 2025. Rentang usai penderita di kisaran 20-60 tahun yang didominasi masyarakat dari luar wilayah Kabupaten Sumbawa.
“Memang ada 42 kasus HIV yang kita tangani, dan rata-rata pasien tersebut saat ini masih dalam kondisi sehat dan tanpa gejala,” ungkap Kadikes kepada Suara NTB melalui Kabid Pencegahan Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P3PL), H. Sarif Hidayat, Jumat 22 Agustus 2025.
Sarif menyebutkan, dari 42 kasus tersebut delapan kasus di antaranya merupakan pasien dari luar daerah. Rinciannya, di Kecamatan Sumbawa ada enam kasus, Alas Barat lima kasus, Moyo Hulu empat kasus, Moyo Hilir tiga kasus, Buer tiga kasus, dan Moyo Utara dua kasus.
“Kami juga menemukan dua kasus di Lunyuk, Utan dua kasus, Labangka, Lape, Lantung, Lopok, Orong Telu, Batulanteh, dan Labuhan Badas masing-masing satu kasus,” ucapnya.
Ia mengatakan, kasus HIV menjadi atensi pemerintah karena masih saja ditemukan setiap tahunnya. Bahkan berdasarkan data dari tahun 2010 hingga bulan Juli tahun 2025 tercatat ada 403 kasus dan 111 diantaranya meninggal dunia hingga tahun 2024 lalu.
“Kasus HIV ini tetap akan menjadi atensi kita karena tetap saja kita temukan setiap tahunnya dan trend kasusnya cenderung tinggi,” ucapnya.
Penemuan kasus baru, tidak hanya karena kasusnya meningkat, melainkan aktifnya petugas medis melakukan kunjungan kepada masyarakat. Hal ini juga dilakukan untuk semakin menekan penyebaran kasus ini, karena masyarakat yang mengidap HIV pasti akan tertutup sehingga akan sangat sulit untuk dideteksi.
“Keaktifan kita menjadi faktor penting dalam meningkatkan temuan kasus tersebut dengan intens turun ke masyarakat sehingga tingkat penyebarannya bisa ditekan,” sebutnya.
Ia menambahkan, selain melakukan upaya deteksi dini, pihaknya juga akan melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan sekolah terkait penyakit ini serta dampak yang diakibatkan. Selama ini, hasil pantauan di lapangan, masyarakat masih belum begitu paham terkait penyakit yang mematikan ini.
“Kita tetap memberikan pengarahan kepada masyarakat dan sosialisasi ke sekolah-sekolah, sekaligus pekerja hiburan malam. Sehingga angka penderita baru ini bisa semakin kita tekan,” ujarnya.
Berdasarkan data yang diterima pihaknya, usia 20-29 tahun menjadi penyumbang tertinggi di kasus HIV ini. Laki-laki juga menjadi penyumbang tertinggi dibandingkan perempuan.
“Kami akan terus masifkan sosialiasi kepada masyarakat terkait kasus tersebut sehingga masyarakat lebih waspada dan kasus itu bisa terus ditekan,” pungkasnya. (ils)

