Mataram (Suara NTB) – Pemangkasan besaran besaran biaya bagi penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) Kuliah membuat sejumlah Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Universitas Muhammadiyah Mataram (Ummat) gigit jari. Pasalnya, pemangkasan biaya KIP-K tersebut berimbas pada berkurangnya minat masyarakat untuk melanjutkan studi ke jenjang perguruan tinggi.
Pemangkasan yang dilakukan Kemendiktisaintek melalui Pusat Pembiayaan dan Asesmen Pendidikan Tinggi (PPAPT) tersebut terbilang cukup signifikan. Jika pada tahun-tahun sebelumnya, penerima KIP-K menerima rata-rata Rp8 juta untuk yang akreditasi A/Unggul.
Pada periode 2025/2026, jumlahnya terbilang timpang antar-prodi yakni Rp10 juta (kedokteran) dan rata-rata Rp4-5 juta untuk prodi lain (Kesehatan, Saintek, dan Soshum).
Kondisi memicu penurunan minat masyarakat untuk berkuliah. Bahkan, FKIP Ummat, mengalami penurunan jumlah mahasiswa baru tahun ini.
Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP), Ummat, Dr. Muhammad Nizaar pada Kamis (25/9) membenarkan adanya degradasi minat masyarakat melanjutkan studi ke perguruan tinggi.
Nizaar menyebut, dari keseluruhan nasyarakat yang mendaftar kuliah di FKIP, Ummat, sekitar 60 persennya mendaftar di jalur KIP Kukiah.
“Tapi karena kuota dan jumlah pendanaan turun maka mereka sebagian terpaksa mendaftar kembali di jalur regular dan sebagian lagi tidak meneruskan pendaftaran, faktanya demikian,” jelas Nizaar.
Bahkan, dari total keseluruhan pendaftar KIP-K yang tidak kebagian kuota, separuhnya (50 persen) mendaftar secara reguler dan sisanya (50 persen) memilih tidak melanjutkan kuliah.
Kondisi tersebut kemudian menyebabkan penurunan jumlah mahasiswa baru di FKIP, Ummat. Nizaar mencatat, jika pada tahun sebelumnya, jumlah mahasiswa FKIP, Ummat berjumlah 550 orang, saat ini turun menjadi 470 orang. “Bagi kami di PT (perguruan tinggi) tentunya terjadi penurunan jumlah mahasiswa,” sebutnya.
Penurunan jumlah mahasiswa imbas pemangkasan besaran biaya KIP-K ini dikhawatirkan mengurangi angka partisipasi masyarakat untuk berkuliah.
Oleh karena itu, Nizaar selaku Dekan berharap agar nominal dan jumlah kuota penerima KIP-K bertambah atau setidaknya kembali normal.
“Kami sangat berharap kuota KIP kuliah diperbesar. Karena ini salah satu misi presiden yaitu pendidikan gratis,” tandasnya. (sib)


