Mataram (Suara NTB) – Balai Bahasa Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) kembali menyasar Kabupaten Lombok Tengah dalam melaksanakan program pengutamaan bahasa negara. Masih sejalan dengan pembinaan lembaga, pelaksanaan kegiatan kali ini bertujuan meningkatkan kemahiran berbahasa Indonesia secara individu.
Program ini menyasar guru non-Bahasa Indonesia, staf persuratan di berbagai instansi, dan rekan media. Sebanyak 81 peserta dibina dalam waktu dua hari pada Senin, 29 september 2025 dan Selasa, 30 September 2025 dengan harapan mampu menerapkan dalam pekerjaan sehari-hari dan mengimbaskan ilmu pada rekan sejawat.
Dalam kegiatan ini, Kepala Balai Bahasa Provinsi NTB, Dwi Pratiwi memberi materi terkait kebijakan berbahasa Indonesia. Ia memperkenalkan program-program yang dijalankan oleh Balai Bahasa Provinsi NTB dalam upaya membangun Trigatra Bangun Bahasa. Salah satu jenis kegiatan tercakup dalam selimut pembinaan bahasa, termasuk Peningkatan Kemahiran Berbahasa Indonesia. Dwi juga menjelaskan sekilas sejarah lahirnya bahasa Indonesia.
“Bahasa Indonesia itu seperti telur yang memiliki inti bahasa Melayu, khususnya Melayu Riau, yang diperkaya oleh seluruh bahasa daerah. Dengan demikian, seluruh kosakata bahasa daerah berpotensi menjadi Bahasa Indonesia,” jelasnya.
Ia menegaskan pengutamaan bahasa Indonesia bukan berarti mengerdilkan bahasa daerah dan antibahasa asing, tetapi memperkaya khasanah daerah.
Penyuluh Balai Bahasa Provinsi NTB Hartanto melanjutkan dengan materi Ejaan dan Bentuk dan Pilihan Kata. Kedua materi ini disampaikan dengan metode diskusi dan penyampaian materi. Beberapa materi ejaan yang disampaikan terkait penggunaan huruf kapital, penyerapan kata, dan penulisan tanda baca.
Sementara itu, materi Bentuk Pilihan Kata dijelaskan dengan menjelaskan proses pembentukan kata, sehingga kata yang dipilih pesuluh tepat. Hartanto juga menyampaikan separuh materi kalimat. Ia meminta peserta menjawab beberapa soal dan mendiskusikan jawaban-jawaban peserta.
Berbagai pertanyaan muncul menunjukkan antusiasme peserta. Kika, salah satu guru SMP mempertanyakan kaidah penyerapan dalam beberapa kata, seperti kata salat, musala, dan azan. Beberapa peserta juga berusaha mengidentifikasi penggunaan konjungsi dan memperbaiki kalimat supaya menjadi efektif.
“Bentuk baku dan penggunaan kalimat efektif menjadi materi yang paling sering muncul dalam salah satu tes yang akan menguji kemahiran berbahasa Indonesia Bapak dan Ibu. Tes itu dinamakan UKBI. Di akhir, Bapak dan Ibu seluruhnya akan mengikuti UKBI,” pungkas Hartanto sebelum menutup materi. (ron)

