Mataram (Suara NTB) – Pemerintah melalui Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemendikdasmen) mendistribusikan sebanyak 330.000 unit Interaktif Falt Panel (IFP) atau Smartboard ke seluruh sekolah di Indonesia. Tujuannya untuk mendukung digitalisasi pendidikan di lingkungan sekolah.
Sebanyak 126 sekolah dasar (SD) di Mataram telah menerima perangkat elektronik tersebut pada Rabu, 1 Oktober 2025 kemarin. Sejumlah sekolah merespon positif pengadaan IFP itu.
“Sangat senang menerima Smartboard itu. Karena fungsinya banyak sekali,” kata Kepala SDN 7 Mataram, Nurasiah, kepada Suara NTB, Kamis, 2 Oktober 2025.
Menurutnya, dengan adanya Smartboard di sekolahnya, akan lebih efektif dan kreatif. “Jadi untuk mengajar anak, menurut saya bagus sekali,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala SDN 26 Mataram, Endang Kurnianingsih juga menyambut baik adanya perangkat digital di sekolah. Terlebih, katanya, Pemerintah saat ini mendorong peningkatan mutu pembelajaran melalui digitalisasi pendidikan. “Yang jelas senanglah. Apalagi sekarang tuntutannya digitalisasi pembelajaran,” ujarnya.
Menurutnya, pengadaan Smartboard atau IFP ini membuktikan bahwa pemerintah tidak saja mendorong peningkatan kualitas pembelajaran melalui digitalisasi, tetapi juga mendukung pengadaan perangkat penunjang.
“Artinya tidak hanya programnya saja mengharuskan kami begitu, tapi didukung dengan sarana-prasarana,” terang Endang.
Dari pantauan, setiap sekolah menerima satu unit Smartboard. Jumlah tersebut terbilang kurang jika dihitung dari jumlah siswa penerima manfaat.
Di tengah keterbatasan itu, setiap sekolah terus mencari akal untuk menutupi kekurangan tersebut.
Endang menjelaskan, pihaknya akan menjadwalkan penggunaan Smartboard tersebut untuk setiap kelas. Mekanisme tersebut pihaknya putuskan agar seluruh siswanya dapat menggunakan perangkat elektronik itu. “Jadi bergiliran saja nanti menggunakannya. Karena kan cuma satu,” tuturnya.
Ia berharap, pengadaan layar Interaktif untuk pembelajaran ini terus berlanjut. Ke depannya, Endang meminta agar ada penambahan jumlah unit yang didistribusikan ke sekolah.
“Karena ini kan anak-anak paling dapat sehari untuk satu kelas. Sehingga kalau banyak mereka bisa lebih banyak lagi (waktu penggunaan),” tandasnya. (sib)

