Taliwang (Suara NTB) – Anggota DPRD Kabupaten Sumbawa Barat, Badaruddin Duri kembali menyuarakan permintaan agar Kementerian ESDM segera melonggarkan larangan ekspor konsentrat tembaga untuk PT Amman Mineral Nusa Tenggara (AMNT).
Politisi Partai Nasional Demokrat (NasDem) ini menyatakan, larangan ekspor konsentrat tembaga bagi PT AMNT yang mengelola blok tambang Batu Hijau saat ini dampaknya semakin dirasakan tidak saja saja bagi perusahaan, tetapi juga bagi NTB dan khususnya KSB sebagai daerah penghasil. “Kam akan tetus menyurakan ini, karena dampaknya sudah semakin terasa di masyarakat,” cetus Badaruddin, Rabu, 15 Agustus 2025.
Menurutnya, dampak kebijakan pusat itu terhadap ekonomi lokal daerah sudah terasa sejak awal tahun 2025 ini. Ia mencontohkan, di tingkat regiona, data menunjukkan perekonomian NTB mengalami kontraksi sebesar 1,47 persen per tahun pada kuartal pertama. Dan pada tingkat lapangan khususnya di KSB, perputaran ekonomi masyarakat tidak banyak bergerak. “Itu enam bulan pertama. Bagaimana sekarang yang sudah hampir 10 bulan AMNT tidak melakukan penjualan,” urainya.
Dampak lebih buruk pastinya akan lebih berat pada tahun depan. Tidak adanya penjualan konsetrat PT AMNT sepanjang tahun 2025 ini, dipastikan Badaruddin akan secara otomatis mengurangi dana bagi hasil (DBH) untuk daerah. Padahal DBH dari kegiatan pertambangan itu diharapkan daerah menjadi salah satu potensi untuk menutup lubang kekurangan dana transfer umum (DTU) dari pusat.
“DTU kita sudah pasti dipangkas kan tahun depan. Kalau ditambah lagi DBH tambang tidak maksimal, terus daerah akan pakai dana dari mana lagi untuk membangun,” katanya seraya menyebut upaya optimalisasi pendapatan daerah (PAD) sulit juga diselenggarakan oleh Pemda dalam kondisi situasi ekonomi sekarang ini.
“Mau kita optimalkan PAD seperti pajak daerah dengan kondisi ekonomi hari ini, masyarakat akan semakin tertekan,” sambung Duri sapaan akrab Wakil Ketua DPRD KSB ini.
Berikutnya ia menyampaikan keyakinannya, jika PT AMNT dalam mengupayakan agar segera mengoperasikan fasilitas smelternya yang disyaratkan oleh pusat pasti terus berusaha keras memenuhinya sekarang ini. Tapi begitu, terdapat kendala teknis dan lain sebagainya di luar kendali perusahaan yang tidak dapat diatasi sesegera mungkin. “Niat baik perusahaan pasti ada. Karena investasi membangun smelter itu kan bukan uang sedikit yang dikeluarkan AMNT,” pungkasnya. (bug)

