Mataram (Suara NTB) – Inflasi Kota Mataram pada Bulan September, mengalami kontraksi mencapai 3,01 persen. Pemicunya adalah harga perhiasan dan daging ayam melambung tinggi. Pemerintah pusat diminta menekan harga perhiasan dan tiket pesawat, guna mempengaruhi kestabilan harga.
Asisten Perekonomian dan Pembangunan Setda Kota Mataram H. Miftahurrahman menjelaskan, inflasi year on year Kota Mataram pada bulan September 2025 sebesar 3,01 persen. Sementara, inflasi month to month 0,39 persen, dan inflasi year to date 2,02 persen. Inflasi Bulan September ini dinilai lebih tinggi dibandingkan Bulan Agustus mencapai 2,69 persen.
Tingginya inflasi Kota Mataram disebabkan melonjaknya harga emas perhiasan, daging ayam ras, beras, bawang merah, minyak goreng, dan lain sebagainya. “Paling mempengaruhi inflasi kita di bulan September adalah emas perhiasan,” kata Miftah.
Berbagai upaya dilakukan pemerintah daerah untuk menekan laju inflasi setiap bulannya. Diantaranya melakukan strategi 4K yakni, keterjangkauan harga, kepastian distribusi barang, komunikasi yang efektif, dan kestabilan harga. Program pasar murah dan gebyar pasar rakyat intens digelar oleh organisas perangkat daerah (OPD) teknis. Tujuannya menstabilkan harga serta memenuhi kebutuhan masyarakat.
Khusus pengendalian harga emas perhiasan dan tiket pesawat diluar kewenangan pemerintah daerah. Pemerintah pusat diharapkan mampu menekan harga emas perhiasan dan tiket pesawat, sehingga keseimbangan harga tetap terjaga. “Kalau kami hanya mengintervensi bahan pangan saja. Kewenangan untuk pengendalian harga tiket pesawat dan emas di pusat,” katanya.
Menurut Miftah, inflasi sifatnya fluktuatif. Artinya, kondisinya berbeda-beda tergantung dari kondisi harga bahan pangan serta lain sebagainya. Ia mengharapkan inflasi bisa ditekan di bulan Oktober. Syaratnya perlu kolaborasi dengan stakeholder lainnya dan memastikan bahan pangan terpenuhi, guna memastikan kestabilan harga di pasar. “Bulan Desember-Januari ada diskon tiket pesawat. Semoga saja membantu menekan inflasi bulan berikutnya,” demikian kata dia. (cem)
