Mataram (Suara NTB) – PT Sumbawa Jutaraya (SJR) menggelar konsultasi publik untuk program pengembangan dan pemberdayaan masyarakat (PPM) perusahaan tersebut. Dalam konsultasi ini, perusahaan tambang yang berlokasi di Kecamatan Ropang, Kabupaten Sumbawa itu berencana mengembangkan agroforestri dengan komoditas utama kemiri.
CSR Depthead PT Sumbawa Jutaraya, Gatot Arie Setvanto mengatakan, PPM ini harus menyesuaikan dengan kondisi Sumbawa. Terdapat delapan pilar yang harus dipenuhi. Di antaranya untuk pendidikan, kesehatan, ekonomi, infrastruktur. Namun, yang menjadi unggulan untuk PT SJR adalah agroforestri, yaitu pengelolaan lahan hutan yang menggabungkan tanaman kehutanan dan pertanian.
Menurutnya, potensi agroforestri di wilayah Sumbawa dan sekitarnya cukup besar, tidak hanya dari sisi ekonomi tetapi juga ekologi. “Tapi yang lebih penting adalah manfaat ekologinya. Kalau hutannya lestari, banyak sumber penghidupan yang ikut bertahan,” ujarnya, Selasa, 4 November 2025.
Ia melanjutkan, sektor agroforestri yang sedang digarap sekarang adalah pengembangan komoditas kemiri. Meski Sumbawa sangat identik dengan sapi dan madu hutan terkenal, namun dengan banyaknya pembabatan hutan berdampak pada penurunan produksi madu hutan lokal. “Dulu NTB terkenal dengan madu hutannya. Tapi sejak hutan berkurang, lebah pun berkurang.
Bahkan untuk memenuhi permintaan internal saja tidak cukup,” ungkapnya.
Selain itu, persoalan air kini juga menjadi masalah serius bagi masyarakat dan petani di Sumbawa. Pergeseran pola tanam dan meningkatnya kebutuhan air untuk pertanian bawang menyebabkan penurunan sumber air di permukiman.
“Sekarang banyak petani yang ngebor sampai 60–70 meter. Ini rawan karena bisa memicu konflik antara kebutuhan ekonomi dan kebutuhan komunal,” katanya.
Pj Sekretaris Daerah (Sekda) NTB, Lalu Mohammad Faozal mengaku sangat mendukung program pemberdayaan masyarakat PT SJR. Khususnya di sektor agroforestri komoditas kemiri. Menurutnya, dengan adanya PPM ini, tidak hanya berpengaruh terhadap daerah, tetapi juga masyarakat yang ada di sekitar lokasi tambang.
“Saya mensupport apa bisnis dia ini supaya tidak ada masalah. Makanya Kadis ESDM kita minta untuk betul-betul menata tambang di sana,” katanya.
Menurutnya, kehadiran PT SJR sebagai perusahaan tambang yang sudah berproduksi sejak tahun 2016 memiliki peran penting dalam membangun ekonomi kerakyatan melalui sektor agroforestri.
“Pemerintah tidak bisa bekerja sendiri untuk mengembangkan berbagai program kemasyarakatan. Melalui CSR PT Sumbawa Jutaraya, kita ingin ada sinergi antara dunia usaha dan pemerintah dalam memperkuat ekonomi masyarakat, termasuk melalui pengembangan kemiri,” jelasnya.
Selain fokus pada sektor ekonomi, PT SJR lanjut Faozal juga berkomitmen menyalurkan program CSR di bidang pendidikan, sosial, dan infrastruktur. Khusus untuk pengembangan kemiri di Ropang, perusahaan tersebut bersama pemerintah daerah menyiapkan skema penguatan mulai dari produksi hingga pemasaran agar memberikan nilai tambah bagi petani lokal.
PT SJR Produksi Emas Sejak Tahun 2024
Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot mengatakan PT SJR sudah melakukan produksi sejak pertengahan tahun 2024. Namun, perusahaan ini kembali mengusulkan eksploitasi kembali setelah menerima izin dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) karena sempat disetop operasionalnya.
“Sekarang dilakukan sosialisasi konsultasi publik secara menyeluruh. Meskipun itu mereka sudah melakukan sebelumnya,” katanya.
Menurutnya, PT SJR sudah menyelesaikan segala persoalan di Kementerian. Untuk itu perusahaan ini bisa kembali beroperasi sejak dua pekan lalu. Saat ini, lanjutnya PT SJR sedang melakukan eksplorasi kembali untuk menemukan sumber daya baru yang bisa dimaksimalkan.
PT SJR Miliki Cadangan 10 Juta ons
Selama 10 tahun, PT SJR memiliki cadangan 10 juta ons ore emas. Untuk pemurnian emasnya, perusahaan itu bekerja sama dengan PT Antam. Sementara, untuk luas Izin Usaha Pertambangan (IUP) PT SJR memiliki izin operasi di lahan seluas kurang lebih 8 ribu hektar.
“Untuk sekarang Izin Pinjam Pakai Kawasan Hutan yang boleh kamu usahakan itu baru 900an hektar, baru 10 persen,” kata Gatot Arie. (era)

