MEMASUKI musim penghujan, Dinas Kesehatan (Dinkes) NTB mengingatkan masyarakat untuk meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi peningkatan kasus Demam Berdarah Dengue (DBD). Tingginya curah hujan menciptakan banyak genangan yang memicu perkembangan jentik nyamuk.
Kepala Dinas Kesehatan NTB, dr.H.Lalu Hamzi Fikri, mengatakan kondisi hujan yang terjadi sehari, kemudian berhenti beberapa hari menjadi pola klasik yang memicu munculnya jentik Aedes aegypti.
“DBD ini penyakit musiman. Saat perubahan musim, misalnya hujan sehari lalu jeda beberapa hari, di situ potensi jentik muncul. Jentik inilah yang berkembang menjadi nyamuk dewasa,” ujarnya.
Meski kasus DBD pada Desember ini masih terkendali, masyarakat tetap harus menyiapkan langkah pencegahan. Ia menilai, sebagian warga masih mengandalkan fogging ketika muncul kasus DBD, padahal upaya terpenting justru membersihkan lingkungan sejak awal.
“Fogging itu jurus terakhir. Yang paling penting adalah membersihkan tempat-tempat berkembangnya jentik. Nyamuk DBD hidup di air bersih, bahkan di tempat-tempat yang tidak kita sangka, seperti tempat minum burung atau kaleng bekas yang menampung air,” jelasnya.
Ia juga menyoroti risiko dengue shock syndrome, yakni kondisi berat yang dapat menyebabkan kematian jika penanganan terlambat. Masyarakat juga harus waspada jika tiba-tiba panas tinggi tidak berhenti selama tiga hari berturut. Lebih baik untuk langsung memeriksa trombosit.
“Jika trombosit turun dan penanganan terlambat, bisa terjadi shock dan berujung kematian,” katanya.
Mantan Direktur RSUD NTB itu mengimbau masyarakat untuk segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan terdekat jika mengalami demam tinggi, gangguan pencernaan, atau gejala lain yang mengarah pada DBD. Pemeriksaan dini penting agar diagnosa cepat ditegakkan dan penanganan dapat dilakukan lebih awal.(era)

